Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramai Pilpres vs Ramai Taman Bacaan

14 Januari 2024   22:02 Diperbarui: 14 Januari 2024   22:08 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Memang lagi musimnya ramai. Ramai pilpres, ramai debat capres. Bahkan ramai ngomongin orang di sana-sini. Ramai di grup WA. Ramai tapi untuk hal-hal yang nggak bermanfaat. Jadi, untuk apa ramai? 

Berbeda dengan ramai di taman bacaan. Ramai yang langka, karena terlihat pemandangan anak-anak yang membaca buku di era digital. Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tiap jam baca, 6 hari dalam seminggu selalu ramai. Apalagi di hari Minggu, selalu ramai. Adaa anak-anak usia sekolah, ada ibu-ibu yang mengantar anaknya, ada pedagang kampung, ada relawan, dan motor-motor parkir. Taman bacaan ramai itu barang langka. Ramai untuk berbuat baik dan menebar manfaat, sekalipun hanya membaca buku. 

Ramainya TBM tentu berbeda dengan ramainya pilpres. Karena di taman bacaan, ramai hanya terjadi ketika ada komitmen dan konsistensi dalam berliterasi dan menggerakkan taman bacaan. Pengelola TBM, relawan, ibu-ibu dan yang terpenting anak-anaknya harus bergotong-royong dan berjuang bersama untuk selalu dekat dengan buku.

Literasi memang penting. Membaca buku pun pasti penting. Tapi sayang, di negeri ini, masih banyak orang yang "menutup mata" akan pentingnya membaca buku. Budaya literasi di masyarakat hanya sekadar diskusi, belum nyata. Maka benar, meramaikan TBM itu memang membutuhkan lebih banyak keberanian bertindak daripada hanya sekadar berucap.

Jelang pilpres begini, tidak sedikit orang ramai membicarakan idolanya. Hingga bertengkar hanya soal kekuasaan dan menjagokan kandidatnya. Ramai politik, sekalipun belum tentu ada manfaatnya. Ramai saling menjatuhkan, ramai saling sindir. Ramai tapi tidak literat. 

 

Maka di taman bacaan, saya selalu belajar. Bahwa ramai itu menjadi tanda adanya peradaban literat di tengah masyarakat. Karena tetap mau "membumikan" buku bacaan ke anak-anak. Apapun tantangan dan kendalanya. Jadi, ramai tidak selamanya bermanfaat. Karena ada ramai yang semu, ada ramai yang bermanfaat.  Tinggal kita, mau pilih ramai yang mana? Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun