Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literat Itu Lebih Baik Tidak Tahu daripada Sok Tahu

9 Januari 2024   06:36 Diperbarui: 9 Januari 2024   06:45 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak tahu itu indah. Karena hakikatnya, manusia lebih banyak tidak tahu daripada tahu. Apapun di dunia, hanya diketahui sedikit saja. Tapi sayangnya, banyak orang malah bersikap sok tahu. Seolah-olah sudah menguasai segalanya. Bahkan untuk tahu jadi kepo, jadi lebay. Banyak orang lupa, tidak tahu itu indah.

Sungguh, siapapun di zaman begini. Justru jadi banyak tahu akan sedikit hal. Tapi tidak tahu banyak hal akan satu hal. Tahu soal hidup sedikit saja, tahu agama sedikit saja, bahkan tahu soal politik sedikit saja lalu berkoar-koar seperti pakar hidup pakar agama, dan pakar politik. Tapi tentang dirinya sendiri saja tidak tahu banyak hal, apa yang harus dilakukan? Tentang akhlak baik saja tidak tahu banyak, sehingga begitu mudah membenci dna memusuhi orang. Tentang kepedulian sosial saja tidak tahu banyak, sehingga begitu tidak peduli untuk megulurkan tangan kepada orang lain yang membutuhkan.

Daripada tahu banyak hal tapi sedikit saja, lebih baik tidak tahu. Karena tidak tau itu indah. Tidak tahu mati maka membuat kita berharap. Tidak tahu rezeki maka membuat kita bekerja. Tidak tahu takdir maka membuat kita berjuang. Tidak tahu manfaat maka membuat kita melakukan hal yang bermanfaat. Tidak tahu kebaikan maka membuat kita iktiar baik. Dan tidak tahu apapun tentang orang lain, maka membuat kita diam.

Tidak tahu indah. Karena tidak tahu "amal mana yang akan mengundang ridho dan  surga-Nya membuat kita tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun. Selalu ingin menebar manfaat di mana pun". Karena tidak tahu bagian mana dari makanan yang dilimpahi berkah membuat kita tidak menyia-nyiakan karunia-Nya, tidak menyisakannya saat disantap. Tidak tahu masa depan anak-anak seperti apa, maka kita menyediakan taman bacaan untuk membaca sehingga bertambah ilmu dan pengetahuannya. Sungguh, tidak tahu itu  indah.

Siapapun yang tidak tahu, maka rasa belas kasih menjadi bertambah. Sikap ingin membantu bertumbuh, Bahkan sikap berbuat baik dan menebar manfaat menjadi bergairah. Untuk ikut bersedekah memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik. Tanpa perlu mengejek apalagi merendahkan orang lain. Selalu memperlakukan semua orang dengan sopan, di samping terus ikhtiar memperbaiki diri dan keadaan. Semuanya terjadi karena tidak tahu. Maka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor tetap bergerak karena banyak tidak tahunya. Karen atidak tahu mengajak anak-anak membaca buku, mengajar kaum buta hurif, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah, menjalankan motor baca keliling dan program literasi lainnya. Karena sekali lagi, kita tidak tahu mana amal yang akan diterima-Nya. Taman bacana hanya berbuat baik dan menebar manfaat, selebihnya diam dan menuliskannya.

Maka jangan pernah untuk menjadi tahu banyak hal tapi tidak tahu banyak sedikit hal. Tteruslah belajar dan belajar untuk memperbaiki diri. Jangan pernah berdebat dengan orang yang percaya dengan ketidak-tahuannya sendiri. Jangan membenci orang lain tanpa pernah membenci diri sendiri. Jangan pernah berani menyelahakan orang lain tanpa pernah menyalahkan diri sendiri. Daripada banyak tahu lebih baik berbuat yang baik secara nyata.

Kata pepatah, "buruk muka cermin dibelah". Jangan pernah menyalahkan keadaana yang buruk kepada orang lain, padahal kesalahannya terletak pada diri sendiri. Lebih baik mebgakui kesalahan dan kekuarangan diri daripada mencari "kambing hitam". Tidak usah berkata mampu menyeberangi samudera bila belum pernah mau melompati kubangan yang kecil. Janga pernah menghakimi orang lain dari sudut pandang subjektif kita sendiir. Karena kita tidak tahu apa-apa dan tidak tahu banyak hal melainkan seidkita saja.

Literat itu lebih baik tidak tahu daripada sok tahu. Maka tetaplah merasa tidak tahu. Agar mau membaca, belajar, dan introspeksi diri. Karena tidak tahu itu indah. Tidak tahu out yang membuat kita selalu berniat terbaik, iktiar terbaik, dan berdoa yang terbaik. Sambil tetap sabar dan bersyukur menjalania apapun. Jadilah literat dalam tidak tahu. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun