Seperti biasa tiap Jumat sore, anak-anak TBM Lentera Pustaka harusnya jadwal "jam baca". Namun dilaporkan karena hujan baru saja reda dan cuaca pun gelap banget di kaki Gunung Salak. Maka sore ini, hanya 2 anak yang datang ke TBM. Keduanya dari Curug Nangka dan Babakan, setidaknya butuh waktu sekitar 15 menit dari dan ke TBM. Deket apa jauh itu ya?
Belajar dari kondisi ini, saya hanya mau bilang. Pada akhirnya, buku-buku itu akan "menemukan" pembacanya sendiri. Di TBM, selalu ada anak-anak yang pantang menyerah dan berjiwa spartan untuk selalu membaca buku. Spartan itu sifat pejuang karena tekadnya yang kita. Seperti jiwa corsa di tentara. Siapapun yang Spartan, pasti pribadinya selalu bersikap optimis, percaya pada kemampuan dirinya, dan berani mengambil tindakan dalam kondisi apapun. Dan saya percaya, 10 atau 20 tahun mendatang, anak-anak model begini akan menemukan jalan "berkah dan suksesnya" sendiri. Karena apapun di dunia ini, pasti sesuai dengan niat dan ikhtiar yang dilakukan. Yang rajin pasti berubah manis atas kerajinannya, begitu pula sebaliknya.
Terus terang, saya sih bersyukur dan bangga pada anak-anak yang mau membaca buku di tengah tantangan yang berat. Zaman digital dan medsos gitu lho. Mendingan nonton atau nongkrong daripada baca buku. Tapi buat anak-anak yang "ngotot" membaca, Â hujan, cuaca gelap, atau apapun hanya dilihat sebagai jalan perjuangan. Tidak akan mengubah data juang dan tekad untuk membaca buku di taman bacaan.
Memang berat melangkahkan kaki ke taman bacaan. Sangat berat membaca buku di zaman begini. Godaannya banyak, kendalanya segudang. Tapi bila berjiwa spartan, pasti akan ada jalannya sendiri. Jujur saja, sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka, saya pun berat tiap Sabtu dan Minggu selalu berada di TBM. Bolak balik Jakarta-Bogor, apalagi saat macet di jalan. Tapi berkat jiwa Spartan, ada niat dan komit untuk menebar manfaat ke banyak orang, hingga kini sudah 6 tahun berjalan. Saya masih tetap di TBM dan selalu mendamping anak-anak yang membaca di taman bacaan. Memang berat mengelola taman bacaan. Tapi bila pijakannya sebagai ladang amal dan "warisan untuk umat", insya Allah semua lancar-lancar saja.
Terserah sih buat yang belum mau baca. Tapi mungkin buat sebagian orang. Taman bacaan itu bisa jadi tempat meditasi, dan buku adalah surga di bumi. Taman bacaan dan buku itulah sarana untuk memperbaiki diri, sambil memanfaatkan waktu untuk hal-hal baik dan positif. Maka apapun, tidak ada yang tidak mungkin bila punya hati yang berani.
Teruslah membaca Nak. Biarkan waktu yang akan membuktikan semuanya nanti. Baca itu baik dan bermanfaat, percayalah. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H