Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Buku Terkadang Tidak Masuk Akal

28 Desember 2023   08:28 Diperbarui: 28 Desember 2023   08:44 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

OPINI -- 28 Desember 2023

Buku Kadang Tidak Masuk Akal

Oleh: Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka

Ternyata, buku punya cara pandang yang tidak masuk akal. Buku bukan hanya bacan apalagi untuk menjadikan orang punya banyak pengetahuan. Semakin cerdas dan pintar akibat buku, tidak hanya itu. Buku-buku sekarang tidak lagi mencerahkan atau memintarkan. Tapi buku terkadang menyajikan sesuatu yang tidak masuk akal. Persis seperti sinetron di stasiun televisi.

Buku, kadang tidak masuk akal. Ketika Anda sukses, justru makin banyak orang membenci dan menjadi iri hati, Ketika Anda jujur dan terbuka, justru makin banyak orang yang berniat menipu. Bahkan ketika Anda diam dan menjaga jarak, justru orang-orang di sekeliling Anda malah menyalahkan Anda. Cerita dan kisah nyata yang aneh dan tidak masuk akal, semuanya sudah tertampung di dalam buku (bila mau dibaca). Buku itu makin aneh, ketika banyak orang bertindak tidak masuk akal dan sangat egois. Justru kita disuruh tidak meladeni dan tetap diam alias sabar. Buku yang menyuruh kita menerima oaring lain apa adanya. Kata buku, jangan balas keburukan dengan keburukan, Tapi balaslah keburukan dengan kebaikan.

Buku kadang tidak masuk akal. Hanya buku yang menyuruh kita mampu memanfaatkan kebodohan yang dimiliki. Karena jika kepintaran itu tidak cukup memukau dan meyakinkan orang lain, maka gunakan saja kebodohan kita untuk membingungkan mereka. Hari ini, semua orang berlomba-lomba mempertontonkan kepintaran seperti debat capres dan cawapres agar rakyat kagum. Tapi kata buku, daripada sibuk menunjukkan kepintaran yang sebenarnya tidak dimiliki. Lebih baik bingungkan saja orang lain dengan kebodohan. Jelas, semua sudah ada di buku-buku bacaan.

Dulu saat membaca buku Ian Craib berjudul "Teori-Teori Sosial Modern: dari Parsons sampai Habermas", saya pun terkesima. Ternyata buku bukan sekadar bacaan biasa. Melainkan bisa jadi panduan praktis untuk "menguasai dan memanipulasi" orang lain dengan cara yang positif. Tentang cara membangun rasa hormat dari lingkungan, mengakomodasi konflik, mendapat perhatian tanpa harus menjilat, dan bahkan bertahan untuk mencapai sukses  dalam persaingan yang ketat. Di buku ini, saya belajar bagaimana cara memanfaatkan musuh atau lawan agar menjadi sekutu yang mendukung kesuksesan kita. Itulah yang disebut akomodasi konflik. Bahwa musuh jangan dijauhi tapi "diakomodasi" menjadi corong kekuatan dan kelebihan kita.

Maka sangat jelas, buku kadang tidak masuk akal. Saat kita berbuat baik, justru prasangka buruk muncul di mana-mana. Saat kita meraih sukses berkat kerja keras dan ikhtiar tiada henti, justru makin banyak orang yang membenci. Bahkan saat kita dizolimi dan berdiam diri pun justru kabar-kabar buruk yang ditebarkan. Hingga jadi bahan gunjingan, ghibah atau fitnah. Gilanya betul, saat orang lain berpikir buruk di balik perbuatan baik yang kita tebarkan justru buku menyuruh kita tetap berbuat baik. Memang benar, buku kadang tidak masuk akal.

Buku-buku sudah lama menuliskan. Sekalipun kita membangun peradaban baik bertahun-tahun lamanya, pasti dapat dihancurkan orang lain dalam satu malam saja. Bahwa kebaikan yang ditanam hari ini, bisa jadi besok dilupakan semua orang. Bahwa ada orang-orang yang tersenyum di depan wajah kita. Tapi nyatanya, mereka justru membenci tidak kepalang di belakang kita. Kisah-kisah aneh dalam kehidupan, semuanya sudah ada di dalam buku.

Sekalipun buku terkadang tidak masuk akal. Ternyata ada pesan penting, bahwa kita harus tetap membacanya dan tetap dekat dengan buku. Agar kita semakin yakin, bahwa siapapun tidak akan pernah bisa mengontrol pikiran dan sikap orang lain terhadap diri kita. Maka jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kita lakukan. Jangan peduli terhadap penilaian buruk orang lain terhadap diri kita. Kita dan buku hanya disuruh untuk selalu berbuat baik dan menebarkan manfaat di mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun