Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Dunia di Tanganmu, Kematian pun di Pelupuk Matamu

20 Desember 2023   08:16 Diperbarui: 20 Desember 2023   08:26 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu ibarat sebuah perjalanan. Sama sekali tidak penting bagaimana keadaan kita berawal. Tapi yang penting adalah bagaimana keadaan kita akan berakhir. Mau seperti apa, baik dan bermanfaat? Atau begitu-begitu saja dari awal hingga akhir.

Banyak orang sering salah. Memang dunia ada di tangannya. Tapi lupa bahwa kematian pun ada di pelupuk matanya. Jadi, apa alasannya bila tidak menjadikan akhirat di hatinya. Untuk apa ada di dunia bila tidak mau dan mampu berbuat baik sambil menebar manfaat kepada sesama?

Jangan lupa, di dunia ini, semuanya sementara. Maka sepahit apapun kejadian suatu hari nanti dan yang telah lalu, ia hanya akan menjadi kenangan. Dan seindah apapun kehidupan suatu hari nanti dan yang telah lalu, ia akan tetap ditinggalkan. Tidak akan dibawa mati. Karena hidup adalah sebuah perjalanan.

Apapun yang ada di dunia, kita berjuang keras mengumpulkannya tapi pada akhirnya akan ditinggalkan. Sedangkan akhirat yang akan tuju, justru akan tetap datang sekalipun kita tidak menyiapkannya. Karena itulah bila kita mengumpulkan dunia terlalu banyak, maka hati akan terasa berat untuk meninggalkannya. Sebab cinta dunia sudah terlalu kuat. Sedangkan bila kita memperbanyak bekal akhirat, seakan tidak sabar ingin pulang "ke sana". Sebab bekal yang dibawa ke sana sudah kita siapkan.

Apa artinya? Jangan terlena dengan kehidupan dunia. Segeralah beralih untuk bersiap kembali ke hadirat-Nya. Pilihlah untuk meninggalkan dunia sebelum kita meninggal dunia. Dan pilihlah untuk menyelamatkan akhirat sebelum kita pergi ke akhirat dalam keadaan yang tidak selamat. Jadilah selamat di dunia, selamat di akhirat.

Jangan terpukau dengan urusan dunia.
Jangan jadikan ambisi terbesar ada pada kecintaan orang lain terhadap kita. Karena hati mereka itu berubah-ubah. Boleh jadi hari ini mereka mencintai, namun esok hari jadi membenci. Jadikanlah ambisi terbesar kita hanya kecintaan Allah SWT terhadap kita.

Karena, jika Allah SWT telah mencintai kita. Maka Allah akan menjadikan hati orang lain mencintai kita. Senangkan saja Allah SWT, maka kita pasti akan disenangkan-Nya. Untuk itu, jadikan akhirat di hati kita, dunia di tangan kita, dan kematian di pelupuk mata kita.

Teruslah berbuat baik dan menebar manfaat, di manapun. Mari kita persiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kembali ke akhirat. Jangan terlalu menyibukkan diri dengan dunia. Karena kematian bisa datang tiba-tiba tanpa pernah diduga. Jadilah literat! #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun