Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Mati Lampu, Butuh Apa?

8 November 2023   08:16 Diperbarui: 8 November 2023   08:17 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Anda merasakan lampu mati saat di rumah? Pasti gelap, bikin bingung bahkan menyengsarakan. Gelap gulita, bisa saja kita tersandung atau kejedot tembok. Berjalan pun susah karena gelap.
 
Saat mati lampu dan gelap, siapapun sangat membutuhkan sinar. Butuh secercah cahaya, baik dari lilin, senter, handphone atau keluar melihat cahaya rembulan. Sambil menunggu lampu listrik menyala. Jadi jelas, betapa penting cahaya atau sinar buat kehidupan.

Gelap sama sekali tidak enak. Bila gelap itu setara dengan kejahatan, berpikir negatif, prasangka buruk, bahkan pesimisme. Pasti gundah dan gelisah sendiri. Gagal untuk berbuat baik, berpikir positif, prasangka baik hingga tenang-sabar. Pikiran dan perilaku "gelap" ternyata masih ada dalam diri kita, di dekat kita. Segala sesuatu hanya dilihat jeleknya. Karena gelap orangnya.

Lalu di mana mencari cahaya? Sangat jelas, cahaya hanya ada di sinar agama. Iman dan akhlak yang menyirami hati tiap manusia. Untuk selalu "amar ma'ruf nahi mungkar". Cahaya agama itulah yang patut dijaga. Agar tidak terjebak ke dalam perangkat kezoliman, kebatilan, dan kejahatan sekecil apapun. Karena tanpa sinar agama, siapapun pasti terombang ambing dalam kebingungan dan gampang sesat.

Dalam kehidupan dunia, maka cahaya itu berwujud ilmu. Ilmu yang dapat menyinari kegelapan. Dari tidak tahu jadi tahu, dari tidak paham jadi paham. Begitu penting ilmu sebagai cahaya kehidupan. Maka kejarlah ilmu, dekaplah ilmu. Agar hidup kita selalu bercahaya.

Karena itu, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak  Bogor tetap komit untuk menebarkan cahaya melalui buku-buku bacaan. Membangun tradisi baca dan budaya literasi di tengah masyarakat. Agar ada setitik cahaya di kemudian hari untuk anak-anak usia sekolah sebagai generasi penerus bangsa. Cahaya di taman bacaan, cahaya untuk tetap membaca di tengah gempuran era digital.
 
Bila lampu mati mengingatkan kita betapa pentingnya cahaya ilmu. Agar terhindar dari kegelapan yang menyeramkan. Saat masih di dunia apalagi di akhirat. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun