Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merdeka yang Literat, Banyakkan Perbuatan Sedikitkan Ocehan

17 Agustus 2023   08:41 Diperbarui: 17 Agustus 2023   08:53 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Dirgahayu Indonesia, Selamat HUT Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia. Semoga jadi bangsa yang literat dan selalu eling lan waspada untuk rakyatnya.

Merdeka yang literat. Merdeka yang tidak lagi melawan penjajah. Merdeka yang bukan untuk mengangkat senjata. Tapi merdeka untuk ikut memperbaiki keadaan. Bukan mencaci kondisi yang terjadi. Merdeka itu sama sekali tidak literat. Bila hanya waktu luang atau ikhtiar hanya digunakan menebar kebencian, hoaks, dan bergibah tentang masalah tanpa bisa mencarikan solusi. Merdeka itu bukan menggati "penjajahn" lalu dengan "penghakiman" kepada orang lain tanpa jelas juntrungan.

Siapapun pasti ingin merdeka. Terbebas dari belenggu, bebas dari tekanan. Bukan sebaliknya, justru meng-intimidasi orang lain. Hidup di era merdeka tapi perilaku justru "menjajah" orang lain. Apalagi di era serba digital seperti sekarang, terlalu mudah dan banyak tersebar pesan-pesan yang tidak bermutu. Jadi, untuk apa merdeka bila gagal memahami realitas?

Jadi sangat penting, merdeka yang literat. Kemerdekaan yang dibarengi dengan kompetensi dan kecakapan dalam hidup. Merdeka yang diisi oleh orang-orang yang berdaya untuk memberdayakan keadaan. Merdekat yang literat terjadi ketika orang-orangnya punya kesadaran belajar, mampu memahami realitas, dan berani mentransformasikan pikiran ke dalam perilaku sehari-hari yang baik. Hanya ada 3 (tiga) ciri merdeka yang literat, yaitu: 1) hidup yang selalu adaptif, 2) kontribusi yang selalu positif, dan 3) manfaat yang pasti solutif. Tanpa itu, maka kemerdekaan hanya "seremoni" bukan "esensi".

Merdeka hari ini, siapapun bebas mencari pengetahuan. Informasi yang bertebaran di dunia maya harus digunakan untuk hal-hal yang produktif. Bukan sebaliknya untuk mencari bahan menghakimi orang lain. Merdeka pun harus mampu membebaskan siapapun dari pengkotak-kotakan. Janga nada lagi sekat-sekat kaya-miskin, bodoh-pintar apalagi didasari SARA. Bangsa ini akan sangat lelah hanya untuk mengurusi perbedaan. Lebih baik fokus pada persamaan dan kekuatan yang produktif. Sehingga ujungnya, merdeka dipakai untuk kebebasan berinovasi. Kemerdekaan yang tidak lagi bertempur dengan senjata. Melainkan pertempuran dengan pikiran-pikiran inovatif untuk menjadikan kehidupan seluruh rakyat Indonesia menjadi lebih baik, lebih maju.

Merdeka yang literat, bukan menuding minat baca bangsa yang rendah. Tanpa mau menyediakan akses bacaan dan tempat membaca. Merdeka tidak cukup dengan terheran-heran karena masih ada kaum buta huruf di era digital. Tapi mengambil aksi nyata untuk mengajarkan dan memebaskan mereka dari buta aksara. Merdeka yang literat pun bersikap tidak apatis terhadap gerakan literasi dan taman bacaan. Harus ada ruang dan akses untuk anak-anak dan masyarakat lebih dekta dengan buku bacaan. Itulah yang dijalani Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Untuk mewujudkan kemerdekana yang literat, demi tegaknya perilaku membaca dan budaya literasi maysrakat.

Bila sepakat, bangsa yang literat pasti dibentuk dari masyarakat yang literat. Sedangkan masyarakat yang literat, tentu dibangun dari individu-individu yang literat. Maka individu yang literat sejatinya hanya memiliki fokus pada 3 (tiga) diskursus literasi yang penting, yaitu: 1) kemampuan literasi dasar, 2) memiliki kompetensi, dan 3) mempunyai karakter yang berkualitas. Sehingga lahirnya pribadi-pribadi yang literat, yang merujuk pada "kompetensi dan kecakapan" seseorang dalam menyeimbangkan pikiran dan perilaku, di samping mampu adaptasi terhadap perubahan. Dan yang terpenting, mampu memecahkan masalah atas realitas kehidupan sehari-hari.

Jadi, merdeka yang literat adalah memperbanyak perbuatan baik dan menyedikitkan ocehan buruk. Salam literasi #MerdekaYangLiterat #DirgahayuRI #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun