Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terperangkap Jebakan Pergaulan, Gimana Menghindarinya?

14 Agustus 2023   10:28 Diperbarui: 14 Agustus 2023   11:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jebakan itu perangkap yang bisa bikin terlena pemiliknya. Gampangnya pinjam uang di pinjol. Sok pandai bergaul padahal bikin merana. Bahkan pikiran bobrok tanpa akhlak pun jadi jebakan. Sudah banyak contoh, orang-orang yang merana akibat terperangkap jebakan. Seperti koruptor pun dipenjara akibat jebakan gaya hidup atau nafsu atas uang.

Hati-hati terhadap jebakan. Karena di sekitar kita kian banyak "perangkap" yang siap memakan "mangsanya". Entah di media sosial, di aplikasi digital hingga dalam pergaulan sehari-hari. Banyak orang yang cerita bobrok lalu didukung oleh orang-orang yang salah. Hingga terjebak dalam jebakan yang kita sendiri ada di dalamnya.

Sederhana saja. Apapun kondisinya, berusahalah untuk tidak mudah percaya pada omongan orang lain. Apalagi yang jelas-jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Rekam jejaknya meragukan, pendidikannya pun tidak memadai. Lalu kenapa begitu percaya? Semua itu jebakan yang membuat kita harus wawas diri. Karena jebakan adalah sebuah tipu daya atau muslihat untuk memperdaya orang lain.

Sekarang ini banyak orang yang "bungkusnya" beda dengan "isinya". Bungkusnya seperti baik ternyata jahat. Tampilannya seperti berkelas padahal nggak punya kelas. Omongannya seperti meyakinkan ternyata cerita bohong belaka. Jebakan-jebakan yang bagus di mulut, di tampilan bahkan di bujuk rayu. Tapi isinya bobrok dan mengerikan.

Itulah pentingnya literasi. Agar tidak terjebak bobrok dalam pergaulan. Tidak terbuai gaya hidup yang menyesatkan. Literasi untuk menyeimbangkan harapan dan kenyataan. Dan mau membaca jebakan-jebakan yang ada. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

Memang benar, penampilan itu bisa menipu. Maka jangan terjebak pada penampilan. Apalagi omongan dan fitnahan orang lain. Hindarilah kaum penjebak yang tidak menjadikan hidup kita lebih baik. Cukup fokus pada niat dan ikhtiar yang baik. Tanpa perlu peduli kepada orang lain, apalagi yang menjebak. Karena para penjebak itu sejatinya sedang sengsara.
 
Lala gimana cara terhindar dari jebakan?
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Matan Qawa'idul Arba' menyenbut pentingnya tiga hal agar terhindar dari jebakan, yaitu: 1) bila diberi kenikmatan maka bersyukur, 2) bila ditimpa musibah maka bersabar, dan 3) bila melakukan dosa maka beristigfar".

Tetaplah waspada, agar tidak terjebak. Karena jebakan jelas-jelas ada di sekitar kita. Jangan menjebak bila tidak ingin terjebak. Salam literasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun