Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salah Kaprah, Rezeki Kok Mindsetnya Cuma Uang dan Harta

30 Juli 2023   17:17 Diperbarui: 30 Juli 2023   20:03 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kawan saya yang cinta dunia, menyebut "hidup nggak punya uang itu sulit". Apa iya begitu? Lupa ya, rezeki itu bukan hanya uang, bukan hanya harta. Rezeki juga bukan soal tampang. Tapi rezeki itu segala hal yang dipersembahkan untuk kita. Udara yang jadi sebab manusia masih bisa bernafas pun rezeki. Kesehatan lahir dan batin pun rezeki yang patut disyukuri. Berkah dalam hidup pun rezeki yang luar biasa.

Entah kenapa, mindset kebanyakan orang itu hanya menganggap rezeki itu hanya harta. Hanya uang alias duit. Akhirnya gampang iri dengan harta yang dimiliki orang lain. Jadi susah hati dan pikiran akibat "meratapi" diri sendiri. Kerjanya membanding-bandingkan dengan rezeki orang lain. Hingga lupa untuk memperbaiki diri dan membaguskan ikhtiar. Agar diberi tambahan rezeki dan anugerah dari Allah SWT. Sekali lagi, rezeki itu bukan hanya harta lho.

Masih punya waktu untuk berbuat baik kepada orang lain pun rezeki. Bahkan nyawa yang hari ini masih dititipkan pada raga kita pun rezeki. Lalu, kenapa banyak orang sering lupa untuk bersyukur? Masih saja membandingkan diri dengan orang lain. Lalu si kawan pecinta dunia pun berdoa. Agar rezekinya ditambah, sementara rezeki orang lain dikurangi. Aneh, berdoa saja sinis dan penuh kebencian.

Lupa ya sahabat yang cinta dunia. Bahwa tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Tidak semua pula bisa diukur dari harta. Uang dan hart aitu hanya sebagian kecil dari rezeki. Sedangkan rezeki terbesar itu adalah iman dan rasa cukup. Bersyukur punya iman dan rasa cukup. Jadi tidak perlu banyak mengeluh, ngedumel lalu menyalahkan orang lain. Rasa cukup itu modal baik yang sangat besar. Untuk tidak mengambil hak yang tidak seharusnya. Apalagi menjual apapun yang bukan miliknya, hanya untuk memiliki "uang haram". 

Literasi rezeki namanya. Untuk membangun rasa cukup pada diri sendiri. Untuk bersyukur atas anugerah yang telah diberikan Allah SWT. Tanpa komplain apalagi berkeluh-kesah. Karena apa yang dimiliki hari ini, semuanya sudah pantas untuk kita. Tidak usah memaksa soal rezeki, karena sudah ada yang mengaturnya. Asal niat, ikhtiar dan doanya baik.

Cukup syukuri saja rezeki yang ada. Besar atau kecil rezeki itu relatif. Justru yang penting itu berkahnya. Berkah rezekilah yang akan mendatangkan rezeki-rezeki lainnya semakin deras. Rezeki yang tidak berkah ya sudah "mentok" hanya untuk memenuhi nafsu sesaat. Rezeki yang tidak ada manfaatnya. 

 Rezeki itu sudah ada yang atur. Nggak usah terlalu maksa. Terima saja apa adanya dan beryukurlah. Rezeki dan apapun yang tidak ditakdirkan Allah SWT pasti akan "hilang" sekalipun digenggam erat. Sebaliknya, rezeki dan apapaun yang Allah SWT takdirkan pasti akan datang sekalipun jaraknya begitu jauh terbentang.

Rezeki itu soal keyakinan, bukan keinginan. Jadi, sudahkah kita bersyukur hari ini atas rezeki yang ada? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun