Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Bersikap Pegiat Literasi di Taman Bacaan, Cari Jalan bukan Cari Alasan

23 Juni 2023   05:57 Diperbarui: 23 Juni 2023   05:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Lagi viral nih, pungutan liar (pungli) di rutan KPK nilainya mencapai Rp. 4 milyar. Kok bisa ya? Katanya lembaga KPK bersih dan memberantas korupsi, ternyata ya korupsi juga. Ada pula viral lagi tentang mimpi yang di-cuit, berkisah tentang mantan presiden naik kereta segerbong sambil ngopi. Bila niatnya baik ya semoga saja terwujudu. Yang jelas, apapun yang viral. Pasti ada hikmah dan pelajaran yang harus dipetik.

Tapi ada yang nggak bakal viral. Yaitu aktivitas taman bacaan dalam menegakkan tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Karena membaca sudah (relatif) di tinggal banyak orang. Taman bacaan pun sulit viral karena bukan "panggung" untuk popularitas. Aktivitas membaca dan pegiat literasi hanya urusan sosial. Berkiprah di tama bacaan memang bukan untuk dipuji atau hanya sebatas seremoni.

Maka di era digital penting taman bacaan di manapun terus berjuang, Untuk mengajak anak-anak Indonesia membaca. Bukan hanya untuk menambah ilmu pengetahuan dan akhlak. Tapi lebih dari itu, untuk menyeimbangkan aktivitas sehari-hari yang kurang manfaat seperti bermain gawai, nongkrong atau menonton TV. Tetap menebar virus membaca, meng-eksekusi kebaikan sekaligus menebar manfaat melalui buku-buku bacaan.

Komitmen itulah yang masih dipelihara Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Membiasakan anak-anak usia sekolah untuk tetap membaca. Bermain dan tertawa dekat buku bacaan. Sekalipun tidak ada rapor tidak ada presensi, taman bacaan tetap berkiprah di tengah "jalan sunyi" pengabdian. Taman bacaan yang konsisten dan sepenuh hati menyediakan akses bacaan anak-anak di kampung yang selama ini tidak punya tempat membaca. 

Setelah 6 tahun berjalan dan koleksi lebih dari 10.000 buku bacaan, TBM Lentera Pustaka kini melayani aktivitas TAman BAcaan (TABA) dengan 100-an anak pembaca aktif yang berasal dari 3 desa, GERakan BERantas BUta aksaRA (GEBEBURA) dengan 9 ibu warga belajar, KElas PRAsekolah (KEPRA) dengan 26 anak, TBM Ramah Difabel, YAtim BInaan (YABI) dengan 14 anak yatim, JOMpo BInaan (JOMBI) dengan 12 kaum jompo, Koperasi Lentera dengan 25 anggota, dan MOtor BAca KEliling (MOBAKE) atau motor pustaka yang giat keliling kampung menyediakan akses bacaan. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawankini TBM Lentera Pustaka melayani tidak kurang dari 200 orang sebagai pengguna layanan setiap minggunya, beroperasi 6 hari dalam seminggu.

Maka pesannya, taman bacaan di mana pun harus cari jalan bukan cari alasan. Taman bacaan yang fokus mengurus tata kelolanya dan mencari kreasi berliterasi. Agar tetap eksis dan bertahan di tengah gempuran era digital. Taman bacaan yang tetap ikhlas berkiprah untuk gerakan literasi dan perilaku membaca anak. Memang sulit dan tidak mudah bertahan di taman bacaan. Tapi pada akhirnya, taman bacaan memang harus cari jalan bukan cari alasan.

Gimana caranya taman bacaan bisa tetap eksis? Tentu, taman bacaan harus berproses sambil istikomah untuk jangan berharap kepada orang lain. Jangan bergantung kepada siapapun tapi selalu ikhtiar baik atas nama kemanusiaan. Jangan terlalu percaya, jangan terlalu berharap di taman bacaan. Tapi cukup berkiprah sepenuh hati saat berada di taman bacaan. Karena perbuatan baik pasti akan kembali ke pemiliknya. Apa yang ditanam pun pasti akan tumbuh. Maka taman bacaan, cukup menggantungkan harapan kepada Allah SWT setelah niat dan ikhtiar yang baik sebagai praktik baik.

Siapapun yang ada di taman bacaan, harus terus memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Jangan sampai hubungan dengan Allah seperti mobil ambulans, hanya menghubunginya saat darurat saja. Akan tetapi, pegiat literasi dan aktivis taman bacaan harus selalu bergantung kepada Allah SWT, baik saat darurat maupun saat lapang. Karena sejatinya, apa dilakukan di dunia hanya untuk Allah SWT bukan untuk mendapat pujian dari orang lain.

Ketahuilah, siapapun dan taman bacaan di mana pun. Sangat sulit menggapai berkah pada setiap aktivitasnya bila menggantungkan harapan kepada orang lain. Kenapa tidak bergantung kepada Alllah SWT? Karena apapun yang terjadi dan dialami taman bacaan, sudah pasti atas kehendak-Nya. Optimis dan berpikir positif terhadap Allah SWT, itulah syarat utama eksistensi taman bacaan.

Taman bacaan itu jalan dakwah. Dakwah itu mencintai-Nya. Maka taman bacaan cukup fokus cari jalan, bukan cari alasan. Seperti firman-Nya, "Katakanlah: jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian" (Al-Imran: 31). Salam literasi #TBMLenteraPustaka #PegiatLiterasi #TamanBacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun