Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rileks Saja, Jangan Risau dengan Komentar Negatif Orang Lain

14 Juni 2023   07:52 Diperbarui: 14 Juni 2023   07:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat tentang kisah ayah, anak dan keledai yang ingin mereka jual? Apapun posisi duduknya, selalu ada orang yang berkomentar negatif. Keledai tidak ditumpangi dibilang bodoh. Anak yang naik dibilang durhaka. Ayah yang menumpangi dibilang kejam. Dinaiki keduanya, dianggap tidak berperi-kehewanan. Begitulah hidup, selalu ada yang berprasangka dan berpikir buruk. Karena memang tugas orang lain adalah berkomentar negatif tentang kita.

Prasangka orang lain itu pasti ada. selalu ada yang berpikir negatif. Karena mereka tidak mengerti tentang apa yang telah kita lakukan. Terkadang, mereka hanya tahu sedikit tapi banyak bicara. Subjektif dan penuh kebencian. Maka biarkan saja dan doakan agar mereka mendapatkan petunjuk. Toh, mereka bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa pula.

Pesannya, jangan peduli dan repot dengan penilaian orang lain. Biarlah mereka berjuang untuk kepuasan dirinya. Mungkin, kepuasannya terjadi saat membenci, bergibah, meneror, atau berkata-kata buruk. Gemar mengurusi hidup orang lain. Bagi mereka, isi kepalanya hanya pikiran negatif. Menyalahkan orang lain dan selalu merasa jadi "korban". Tanpa bisa introspeksi diri atau muhasabah. Orang lain selalu salah, dirinya selalu benar.

Ketahuilah, apapun yang dikatakan oleh orang lain sejatinya bukan menggambarkan nilai kita. Justru menggambarkan nilai dirinya sendiri, dan apa yang ada di dalam hatinya di pikirannya. Sedangkan nilai kita, terletak dari bagaimana cara kita untuk merespon mereka dan menyikapinya. Apakah sesuai dengan apa yang Allah perintahkan, atau justru membalas sama negatifnya?

Siapapun, pasti akan melihat apa yang dicari. Bila yang kita cari adalah kebaikan maka kebaikan pula yang kita dapatkan. Bila yang kita cari adalah keburukan maka keburukan pula yang kita dapatkan. Pasti dan tidak akan pernah tertukar, itu hukum Allah SWT.

Jujur saja, dunia ini terlalu singkat bagi kita untuk selalu melihat dari keburukan orang lain. Hingga kita lupa. Bahwa ada kebaikan orang banyak di luar sana. Selalu ada kebaikan yang bisa diperbuat setiap hari. Jadi, untuk apa berpikir dan bertindak buruk? Tetaplah berbuat baik, di mana pun dan atas alasan apapun.

Sangat boleh kok, siapapun berkomentar negatif dan gibah. Itu haknya dan pasti akan dipertertanggungjawabkan. Apa yang kita tampilkan itulah yang kita tanggung. Biarlah yang berkomentar negatif dan berpikir buruk, jawab saja dengan perbuatan baik dan karya. Sebab itu yang tidak dimiliki oleh mereka yang selalu berpikiran negatif dan buruk. Orang yang terbiasa mencari cela, mengumpat sejatinya tidak punya lagi ruang di hatinya untuk berkreasi dan berkarya, bahkan jauh dari Tuhannya.

Maka tidak perlu risau tentang apa yang dikatakan manusia kepada kita. Risaulah bila kita yang berkomentar negatif tentang orang lain. Rileks saja, semua akan ada waktunya. Sebab, hanya karena Allah SWT kita berbuat baik dan beramal. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun