Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seliter Beras untuk Motivasi Belajar Berantas Buta Aksara di Kaki Gunung Salak

12 Juni 2023   06:57 Diperbarui: 12 Juni 2023   07:15 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mungkin banyak yang tidak percaya. Di era digital yang serba modern begini, masih ada kaum yang belum bisa membaca dan menulis alias buta aksara. Sebut saja, kaum yang tersisih dari peradaban modern. Karena masih berjibaku dengan masalah keaksaraaan, Untuk bisa terbebas dari belenggu buta huruf.

Melalui program Gerakan BERantas Buta aksaRA (GEBERBURA), Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, sejak tahun 2019 menggelar aktivitas literasi pemberantasan buta aksara yang diikuti 9 kaum ibu sebagai warga belajar. Ibu-ibu yang tidak pernah bersekolah, atau bahkan tidka lulus SD. Seminggu dua kali mereka selalu datang ke taman bacaan, hanya belajar membaca dan menulis. Biasanya diajar oleh wali baca atau relawan selama kurang lebih 1,5 jam.

Menariknya setelah kaum ibu buta aksara belajar, Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka) seringkali memberi hadiah berupa seliter beras atau mie instan sebagai "hadiah" sebagai cara unik untuk memotivasi dan memberi semangat agar selalu datang belajar membaca dan menulis. Hadiah seliter beras diberikan sebagai cara menghormati "murid" agar lebih getl belajar. 

Maklum, aktivitas belajar di GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) terlalu rentan warga belajarnya tdiak datang. Atas berbagai alasana, seperti bekerja, mengurus anak, atau urusan keluarga. Apalagi program pemberantasan buta aksara di TBM Lentera Pustaka tidak ada absen, tidak ada raport. Jadi harus mencari cara untuk menjaga "murid" agar tetap rajin datang?

Selain seliter beras sebagai hadiah untuk memotivasi, warga belajar berantas buta aksara di TBM Lentera Pustaka juga selalu diajak utuk "senam geberbura" dengan memutar satu lagu untuk bergerak sehat sebagai penyemangat dan hiburan dalam belajar baca tulis. Berjoget bersama wali baca dan relawan yang mengajar. Agar tidak bosan dan lebih menyenangkan dalam belajar.

Hadiah seliter beras bagi warga belajar berantas buta aksara. Tidak harus terbungkus dengan indah. Cukup dengan kantong keresek asal dilakukan Ikhlas dan sepenuh hati pun menjadi motivasi bagi kaum ibu yang masih dalam belenggu buta aksara di era digital. Insya Allah bisa menjadi ladang amal dan berkah untuk siapapun yang ada di dalamnya. Sebuah gerakan literasi untuk memberantas buta aksara.

Seperti pengabdian di taman bacaan pun jadi "hadiah" bagi orang-orang yag ada di dalamnya. Untuk selalu menjaga keseimbangan hidup, antara dunia dan akhirat. Seimbang lahir dan batin dalam kehidupan sosial. Untuk tetap menghadirkan kebaikan dalam keadaan apapun dan di mana pun. Sambil menjauh dari keburukan pikiran negatif kepada orang lain. Maka hadiahilah hidup dengan yang baik-baik, karena itu memang lebih baik. Salam literasi #GeberBura #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun