Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ngobrol Sambil Ngopi di Kampus, Apa Hikmahnya?

29 Mei 2023   14:24 Diperbarui: 29 Mei 2023   14:32 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang orang bertanya, apa sih yang diobrolin saat ngopi di kampus? Ngopi di kampus ya sebagian orang sulit dilakukan, sebagian lagi gampang banget. Apalagi bila menyangkut dengan siapa ngopi dan ngobrolnya. Bila ngopi itu bermanfaat untuk kesehatan otak dan melepas penat. Maka ngobrol pun harus dipilih yang ada manfaatnya, bukan malah banyak mudaratnya. IOya nggak?

Seperti siang siang ini, saat saya mengambil berkas di kampus. Kebetulan bertemu Si D dan Si J. Belasan tahun dulu, keduanya adalah mahasiswa saya di S1 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unindra. 

Tapi kini, keduanya sama-sama mengabdi sebagai dosen i Unindra. Sebutlah jadi kolega saya, karena sama-sama mengajar di kampus. Si D saat ini pun sedang menulis disertasi bareng saya di S3 Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak. Sementara di J, katanya Insya Allah tahun depan mulai menempuh S3 juga. Alhamdulillah ya.

Tadi pas ketemu langsung sepakat untuk ngopi di depan kampus. Ngobrol sambil mengenang masa-masa saat Si D dan Si J kuliah bersama saya dulu. Tentang kuliah, tentang cara-cara saya mengajar di kelas. Dan tentu, masih banyak lagi. Yang intinya, apapun dari perjalanan hidup harus diambil hikmahnya. Untuk menjadikan kita lebih baik lagi esok. Lebih bermanfaat untuk orang lain. Maka itulah gunanya belajar terus-menerus. Lalu kata mereka, "Ngobrol bareng Bapak begini ini yang bikin kangen. Sambil ngopi rileks tapi bisa dapat ilmu banyak. Anggap saja kuliah kehidupan yang tidak ada di ruang kelas".

Sambil rileks meneguk segelas kopi. Saya pun selalu memberi nasihat. Sekalipun sudah sama-sama jadi dosen, tapi wajib bagi saya untuk tetap memotivasi keduanya. Bahwa ilmu dan profesi mau setinggi apapun harus dipraktikkan agar bermanfaat. Bukan sebaliknya malah disombongkan untuk merendahkan orang lain. 

Apapun profesi kita, jalani saja dengan baik tanpa perlu untuk dipuji orang lain. Apa adanya saja, tanpa rekayasa. Bila ilmu kita tinggi ya jangan dipakai untuk menghina orang lain. Tapi justru untuk menyelamatkan orang lain. Begitu hakikatnya.

Ngopi itu belajar untuk rileks. Jangan pernah berjuang untuk baik di mata orang lain. Jangan pernah pula meminta orang lain untuk berkata-kata baik tentang kita. Karena sama sekali kita tidak bisa mengontrol cara berpikir dan tuturan orang lain. Biarkan saja, toh hukum alam pasti dan berlaku kepada siapapun, Orang baik ya tetap baik, orang jahat ya tetap jahat. Apa yang kita tanam, maka itulah yang akan kita panen suatu saat nanti.

Jadi, di mana pun. Apa adanya saja. Tidak usah merekayasa diri. Apalagi menjelek-jelekkan orang lain. Sama sekali tidak perlu, karena kita memang bukan apa-apa dan bukan pula siapa-siapa. Jadi ilmu itu penting dipelajari terus-menerus. Agar mampu mengokohkan akhlak. Maka sampai kapanpun, adab atau akhlak tetap di atas ilmu. Berdirilah tegak di antara akhlak dan ilmu sampai kapanpun. Karena aklah dan ilmu itu pasti gagal jika jatuh di tangan dua orang. Yaitu 1) orang yang senang berpikir tapi tidak pernah mau bertindak dan 2) orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir. 

Ngopi saja dulu, agar lebih rileks. Tidak ada soal yang tidak bisa diselesaikan. Dna ketahuilah, jangan terlalu sering menengok masa lalu. Tapi tataplah masa depan agar bisa lebih baik, lebih bermanfaat Nikmati hidup apa adanya, bukan ada apanya. 

Tanpa perlu membanding-bandingkan apapun dengan orang lain. Karena tidak akan pernah tertukar kok "mana loyang mana emas". Cukup perbaiki niat saja, baguskan ikhtiar dan perbanyak doa. Selebihnya biarkan allah SWT yang bekerja untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun