Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Kenapa Memaafkan di Lebaran?

28 April 2023   09:40 Diperbarui: 28 April 2023   11:09 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Muslim.or.id

Memaafkan memang hanya kata sederhana. Tapi sulit untuk dilakukan. Apalagi bagi mereka yang bertabur rasa benci, iri, dan dengki dalam hidupnya. Kaum pemarah dan pemilik sikap arogan. Sungguh, memaafkan itu tidak gampang. Sekalipun terkadang, orang lain pun tidak tahu kesalahannya apa?

Memaafkan, sering dikatakan banyak orang. Lagi-lagi tidak mudah untuk dilakukan. Karena membutuhkan hati yang seluas Samudra. Memaafkan harus punya ketulusan hati untuk melakukannya. 

Berlapang hati. Tapi siapapun yang mau memaafkan, pasti hidupnya sehat. Karena terhindar dari sifat-sifat dendam dan benci. Terhindar dari penyakit mental yang dapat merusak dirinya.

Memaafkan berarti mengampuni kesalahan orang lain. Memberi maaf berarti membebaskan orang lain dari hukuman atas suatu kesalahan. Memaafkan bermanfaat untuk menjaga hati lebih tenang dan lebih damai. Tanpa memendam amarah, benci, dan dendam. Di samping dapat menjadi tanda seseorang jadi lebih bijak dan realistis. 

Itulah kenapa saat Idul Fitri, kata-kata "mohon maaf lahir batin" begitu dominan. Banyak orang memohon maaf lahir dan batin. Agar lebih sehat, lebih tenang, dan damai.

Memberi maaf, tentu bukan berarti kalah. Memaafkan justru sengaja mengalah. Sebagai cara terbaik untuk membahagiakan orang lain. Tidak ada yang menang atau pun kalah. Yang ada hanya memudahkan orang yang "terpisah" untuk bertegur sapa. Maka, memaafkan harus dilakukan secara langsung dan face to face. Dari orang yang memaafkan kepada orang yang mau dimaafkan.

Memaafkan, sejatinya belajar. Belajar menerima walau tidak suka. Belajar untuk berpuas hati meski tidak cukup. Belajar memahami walau tidak sehati. Dan belajar ikhlas meski belum rela. Maka untuk mampu memaafkan butuh proses secara mental dan pikiran. 

Butuh kelapangan hati yang luar biasa, di samping pikiran yang maha jernih. Sama seperti melatih hati, perlu banyak ujian agar sabarnya meluas, syukurnya melangit, dan maafnya mudah untuk diberi.

Maka untuk yang sedang marah, beranilah memaafkan. Untuk memperbaiki hubungan meski harus terlebih dahulu mengucap maaf dan mengulurkan tangan. Karena memaafkan hanya butuh berani dan mau. Memang benar, dibutuhkan orang yang kuat untuk mengatakan maaf, dan orang yang makin kuat untuk memaafkan.

Sejatinya, memaafkan bukanlah melupakan tapi melepaskan rasa sakit. Memaafkan itu baik, dan lebih baik lagi bisa saling memaafkan. Salam literasi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun