Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Pentingnya Menjaga Lisan Saat Silaturahim Lebaran

22 April 2023   20:47 Diperbarui: 22 April 2023   20:58 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: BugisWarta.com

Idul Fitri telah tiba, suasana lebaran menyelimuti seluruh aktivitas umat muslim di Indonesia. Selain merayakan "kemenangan" sebulan penuh berpuasa, lebaran sangat identik dengan silaturahim. Saling kunjung-mengunjungi ke sanak saudara dan kerabat. Saling bermaaf-maafan sambil bercengkrama menikmati hidangan lebaran.


Tapi sayang, nyatanya, tidak sedikit orang yang merasa tidak nyaman saat silaturahim lebaran. Akibat masih adanya omongan atau kata-kata yang terkadang menyakitkna, menyindir, atau menyinggung orang lain. Entah, apa sebabnya? Akibat kesalahan yang tidak termaafkan atau sakit hati. Atau bahkan memang ada orang-orang yang memang saat bicara selalu mengedapankan "sentimen" personal. Kultur negatif yang melekat pada diri seseorang. Nah, begitulah faktanya di sekitar kita. 

Meminta maaf dilakukan atau diminta memaafkan pun diterima. Tapi di saat yang sama, masih saja berkata-kata yang negatif atau membuat orang lain tidak nyaman. Berkata-kata yang lebih banyak negatif-nya daripada positif. Bertanya yang membuat orang lain tidak senang, memamerkan harta dan dirinya, berbicara sombong, bahkan berkata-kata yang menyakitkan orang lain. Bila itu terjadi, maka suasana silaturahim dan lebaran pun dikotori oleh lisan yang tidak terjaga.

Lisan atau ucapan itu nakhoda. Maka dalam suasana lebaran penting untuk menjaga lisan. Sebagai salah satu akhlak yang baik dan menjadi perilaku yang perlu untuk dibiasakan. Agar lisan tidak menjadi pisau yang dapat melukai orang lain dan diri sendiri. Lagi pula sayang kan. Bila sebulan penuh saat berpuasa, lisan sudah dilatih untuk tadarus, zikir, hingga berdoa yang baik-baik. Tapi akhirnya dikotori saat silaturahim lebaran. 

Saatnya menjaga lisan di momen lebaran. Hadist Nabi Muhammad SAW menyebut, "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (H.R. Al-Bukhari). Maka penting menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang kotor atau menyakitkan. Karena lisan yang terjaga dengan baik, insya Allah akan menjadi "jembatan" hidup yang baik, tubuh yang selamat, dan mendatangkan rezeki yang berkah. Lisan yang baik pun menjadi penenang hati, penentram jiwa.

Jangan kotori suasana lebaran dengan lisan yang tidak baik, tidak sepantasnya. Sehingga membuat orang lain tersinggung, apalagi tersakiti. Patut diketahui, setidaknya ada 5 (lima) keutamaan pentingnya seseorang menjaga lisan, yaitu:

1.    Mendapatkan derajat mulia sebagai orang muslim. Seperti ditegaskan "Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain." (HR. Bukhari).

2.    Menjadi bukti kadar ketakwaan yang meningkat. Karenan kuat-lemahnya kualitas takwa seseorang tercermian dari apa yang diucapkan. Maka penting, tutur kata dijaga setiap saat.

3.    Menjadi amalan yang berpahala. Lisan yang baik dan terjaga sejatinya menjadi amalan yang memberikan keberkahan dan berselimutkan pahala yang melimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun