Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelaku Industri DPLK Perkuat Jiwa Korsa dari Pulau Komodo dan Desa Adat Melo NTT

11 Maret 2023   13:00 Diperbarui: 11 Maret 2023   13:20 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Asosiasi DPLK

Mengakhiri perjalanan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) tahun 2023, pelaku industri DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) belajar untuk memperkuat jiwa Korsa dalam memajukan industri dana pensiun di Indonesia dari Pulau Komodo dan Desa Adat Melo Manggarai NTT. Di tengah tantangan besar, pelaku DPLK harus mempertahankan daya juang dalam melakukan edukasi dan perencanaan akan pentingnya program pensiun.

Melalui jiwa korsa, diharapkan pelaku industri DPLK memiliki patriotisme terhadap profesi, di samping semangat kesatuan dan kekitaan. Esprit de corps yang kuat di dalam memajukan industri dana pensiun.

Saat berkunjung ke Pulau Komodo Labuan Bajo (10/3/23), pelaku DPLK belajar dari hewan yang terancam punah yaitu Komodo dalam bertahan hidup. Komodo yang tetap  tangguh ber-adaptasi dan resiliensi dalam menghadapi tantangan seperti UU P2SK.

"Komodo mengajarkan kita kekuatan, ketahanan, atau apa yang saya sebut sebagai kemampuan bertahan hidup adaptif di segala zaman dan perubahan. DPLK pun harus terus berjuang untuk bertahan hidup di era digital" ujar salah satu peserta Rakernas Asosiasi DPLK.

Sementara itu, saat kunjungan ke Desa Adat Melo, pelaku DPLK pun belajar dari tokoh adat akan warisan budaya yang patut dilestarikan. Upacara budaya yang diikuti untuk menggugah pelaku DPLK dalam menghormati tradisi baik yang ada di masyarakat, di samping menjadikan program pensiun sebagai pekerjaan mulai untuk menyiapkan hari tua yang nyaman.  Karena budaya, siapapun bisa mengetahui hal-hal apa yang harus dilakukan. Atas dasar ilmu dan adab yang baik.

Maka belajar dari Pulau Komodo dan Desa Adat Melo NTT, pelaku DPLK akhirnya disadarkan. Bahwa untuk bertahan hidup tidak harus menjadi yang terkuat. Tapi berani ber-adaptasi dengan segala perubahan yang ada, di samping terus berjuang untuk mempertahankan eksistensi di tengah masyarakat. Karena pada akhirnya, siapapun akan tetap bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Untuk diketahui, per Desember 2022 lalu, industri DPLK telah mengelola aset Rp. 122,5 triliun, tumbuh 6,7% dari tahun sebelumnya dengan melayani lebih dari 3,6 juta peserta dari 21.300 pemberi kerja. Bila dibandingkan dengan 135 juta Angkatan kerja di Indonesia, tentu kepesertaan DPLK masih tergolong rendah. Maka melalui rakernas ini, pelaku DPLK bertekad untuk memacu tingkat kepesertaan program pensiun DPLK dan aset kelolaan bagi pekerja di Indonesia melalaui edukasi dan akses digital ke depannya. #YukSiapkanPensiun #PDPLK #EdukasiDanaPensiun

Sumber: Asosiasi DPLK
Sumber: Asosiasi DPLK

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun