Di luar sana, masih banyak kok teman-teman yang baik. Orang-orang yang berkomentar dan berceloteh untuk perbuatan baik. Mau berkolaborasi dalam kemanfaatan untuk sesama. Bukan celoteh yang tidak ada gunanya. Agar semua tindak-tanduk kita bisa jadi ladang amal. Â Lagi pula, masih banyak agenda kebaikan yang belum digarap. Jadi untuk apa membuang waktu untuk bergaul dengan toxic friend?
Sejatinya, toxic friend itu akan melakukan apapun untuk kepentingan dirinya sendiri. Bila perlu menuntut orang lain berhenti melakukan perbuatan baik. Lalu, meladeni "racun-racun" yang diumbarnya. Sangat toxic, karena folusnya masalah dan gibah bukan solusi. Makin toxic, karena memaksakan kehendaknya agar diikuti orang lain. Toxic friend lupa ajaran"khairunnaas anfauhum linnaass". Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.Â
Maka jangan kasih ruang untuk "toxic friend" alias teman beracun. Jauhi dan hindari, karena teman yang toxic tidak ada manfaatnya sama sekali. Kita harus berani menghapus teman-teman beracun. Jangan kotori hari-hari dengan toxic friend. Karena mau sampai kapan bergaul dengan teman-teman yang beracun? Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H