Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Difabel Ceria saat Bermain Bersama di Taman Bacaan, Apa Artinya?

12 Desember 2022   08:55 Diperbarui: 12 Desember 2022   09:11 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Ceria, bisa jadi cara hidup terbaik yang didambakan banyak orang. Agar siapapun, mampu menjalani hari-hari makin bermakna dan berwarna. Tidak terkecuali anak-anak difabel. Saat berkumpul bersama di taman bacaan. Bermain dan berinteraksi yang positif.

Realitas itulah yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan yang inklusif, untuk melayani anak-anak difabel. Sebut saja si A dan si T, dua anak difabel perempuan yang bergabung di taman bacaan sejak 2021 lalu. Kini, kedua anak difabel TBM Lentera Pustaka selalu tersenyum. Tanpa malu melakukan interaksi sosial dan aktualisasi diri. Sehingga merasa dihargai oleh teman sebaya atau lingkungan sekitar seperti yang terjadi di Minggu, 11 Desember 2022 di TBM Lentera Pustaka yang dibimbing wali baca dan relawan TBM.

Cerianya anak difabel saat bermain bersama anak-anak biasa, itulah kesehatan. Obat untuk membakar api semangat anak-anak yang dianggap punya keterbatasan. Lebih semangat dan tetap berkembang apa adanya, sesuai umurnya. Baginya kini, tidak ada yang lebih indah dari keceriaan saat berada di taman bacaan.

Untuk membuktikannya, silakan datang ke TBM Lentera Pustaka. Bicara dan bergaullah dengan kedua anak difabel tersebut, si A dan si T. Serasa hidupnya lebih punya harapan. Tidak lagi murung apalagi "kuper" akibat keterbatasan fisik dan mental yang dialaminya. Anak difabel di taman bacaan memang tidak membaca. Tapi mereka bermain dengan rekan sebaya. Terjadi interaksi dengan anak-anak normal lainnya. Mampu aktualisasi diri dan yang paling penting, "ada rasa dimanusiakan oleh manusia lainnya". Sementara di luar sana, mungkin, anak-anak difabel kian tersingkir dari lingkungan sosial.

Ada pesan moral ketika anak difabel berada di taman bacaan. Bahwa carilah "tangan" yang mau menyambut di kala kita terjatuh. Carilah "mata" yang selalu melihat kebaikan, sekalipun kita tidak sempurna. Dan carilah "hati" yang selalu sudi menemani anak-anak atau orang membutuhkan uluran tangan kita sekalipun banyak orang menjauhkan kita.

Anak difabel di taman bacaan. Sungguh, hanya bicara tentang taman bacaan yang memainkan peran sosial di tengah masyarakat. Saat individualisme dan ketidak-pedulian merajalela. Agar jangan ada siapapun yang merasa disingkirkan. Ceria di taman bacaan Salam literasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun