Tiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pahlawan yang berjuang untuk bangsa yang lebih baik. Pahlawan yang berkorban untuk memperbaiki keadaan.Â
Pahlawan berbuat bukan untuk dipuji. Tidak pula agar dikenal namanya atau agar status sosialnya dianggap tinggi. Pahlawan, selalu membela cita-cita kebaikan dan kebenaran di mana pun.
Tapi sayangnya, tidak banyak anak-anak Indonesia yang mau jadi pahlwan. Saat ditanya cita-citanya, mereka justru ingin jadi pilot, pengacara, dokter, atau insinyur. Banyak pula yang mau jadi politisi.Â
Maka pahlwan hari ini, hanya cukup dikenang. Hanya cukup diperingati. Tanpa pernah tahu "apa yang diperjuangkan seorang pahlawan di masa lampau?"
Anehnya, tidak sedikit orang yang hari ini merasa jadi pahlawan. Menganggap dirinya sudah jadi pahlawan hanya sebatas pikiran dan omongan tanpa tindakan.Â
Merasa diri paling benar lalu gampang menyalahkan orang lain, merendahkan pemimpinnya bahkan meremehkan bangsanya. Semua yang dilakukan orang lain pasti salah, apalagi orang yang dibencinya. Lupa, pahlawan itu bukan merasa sok pahlawan.Â
Pahlawan itu bukan orang yang merasa "sok pahlawan". Lalu, merasa jadi sok tahu, sok mengerti, dan sok pintar. Agar dibilang hebat, disebut pintar, dan ingin dibilang tahu segalanya. Padahal aslinya, mereka sama sekali tidak tahu apapun. Hanya sedikit tahu tapi banyak bicara. Pahlawan yang "sok pahlawan", nggak banget deh.
Pahlawan hari ini, memang tidak lagi berperang atau mengangkat senjata. Tapi pahlawan juga bukan orang yang teriak-teriak kebaikan tapi tidak melakukan apapun.Â
Bukan pahlawan namanya, bila tidak pernah menyesali apa-apa yang sering dikatakan tapi tidak pernah dilakukan. Hari ini, pahlawan cukup bertekad menjadi orang lebih baik dari hari kemarin. Minimal, mempraktikkan 7 (tujuh) nilai-nilai kepahlawanan di masa kini, yaitu: