Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Menghargai Kakek Pedagang Es Kue di Taman Bacaan

25 Oktober 2022   07:17 Diperbarui: 25 Oktober 2022   07:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiap hari Minggu, ada seorang kakek tua yang selalu nongkrong di area TBM Lentera Pustaka. Kakek yang berdagang es kue, seharga Rp. 2.000 per potong. Dia tidak bikin sendiri, melainkan mengambil dari agen. Tiap potongnya, bila ada yang beli, maka dia mendapat untung Rp. 1.000. Itupun masih dikurangi biaya ongkos naik angkot dan makan. Karena sang kakek mengontrak di daerah Ciomas, perlu 2 kali naik angkot.

Saat nongkrong di TBM Lentera Pustaka pun, bisa ada yang membeli bisa juga tidak. Yah, namanya orang dagang. Terbayang saja, di usia senja, sang kakek masih berjualan. Hanya untuk sesuap nasi, sekalipun jaraknya jauh. Dia bukan mencari kekayaan. Tapi untuk menyambung hidup. Seadanya, alakadarnya. Tapi dia tetap ikhtiar, berdagang keras sekalipun fisiknya tidak lagi kuat.

Saya pun sering menghampiri. Walau hanya ngobrol atau bertanya suka duka berjualan di usia tua. Tentu, sambil membeli es kue yang dijajakannya. Seperti Minggu kemarin (23/10/2022), saya pun mentraktir ibu-ibu yang mengantar anaknya ke taman bacaan. Untuk menikmati es kue yang dijajakan sang kakek. Alhamdulillah, ada senyum yang merekah dari balik bibir sang kakek. Semacam ada kelegaan hati pada raut wajahnya.


Saling menghargai, itulah yang diterapkan di TBM Lentera Pustaka. Untuk memperlakukanll orang lain dengan baik, seperti memperlakukan diri sendiri. Karena di taman bacaan, cara terbaik untuk tetap hidup dalam kebaikan adalah dengan saling memahami, saling menghargai. Bukan saling membenci. Siapapun dia, dari mana pun dia.

Bersikap saling menghargai itu baik. Bertindak baik pada siapapun juga wujud menghargai. Maka, ajaran tentang saling menghargai harusvterus tegak di masyarakat. Karenanya, TBM Lentera Pustaka pun bertekad kuat untuk membangun sikap menghargai dibkalangan anak-anak usia sekolah. Selain membaca buku secara rutin. Karena siapa pun, bila gagal menghargai orang lain. Itu berarti gagal pula menghargai diri sendiri.

' . Maka siapapun, tidak pantas mendapatkan apapun yang tidak dihargai. Sekalipun hanya membaca buku. Sekalipun hanya berbuat baik dan membuat orang lain tersenyum. Atas sebab apapun. Jadilah Literat!. Salam literasi #LiterasiQuote #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun