Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Cahaya Buku di Kaki Gunung Salak Bogor

20 September 2022   13:31 Diperbarui: 20 September 2022   13:38 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dulu sebelum ada taman bacaan. Tidak ada anak-anak yang membaca buku. Karena memang tidak ada akses bacaan. Dulu pula, kaum buta huruf sulit terbebas dari belenggu buta aksara. Tidak bisa baca tidak bisa tulis. 

Dulu, anak-anak kelas prasekolah pun tidak punya tempat untuk belajar calistung. Bahkan anak-anak yatim dan kaum jompo, sama sekali tidak diperhatikan. Gelap dan tidak ada cahaya yang memberi harapan.

Tapi kini, setelah Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka hadir di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor di Kaki Gunung Salak, gelap pun berubah menjadi terang. Di taman bacaan, ada 130-an anak jadi pembaca aktif seminggu 3 kali. Ada 9 warga belajar berantas buta aksara dan 26 anak-anak kelas prasekolah belajar calistung seminggu 2 kali. 

Bahkan 14 anak yatim dan 12 kaum jompo pun disantuni setiap bulan. Dan 33 kaum ibu kini terbebas dari praktik rentenir atau utang berbunga tinggi karena bergabung di Koperasi Simpan Pinjam Lentera. Ada cahaya buku di kaki Gunung Salak.

Sungguh, kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan. Hanya cahaya yang bisa melakukannya. Tiada ada pula ya g mampu menghentikan anak-anak putus sekolah selain penyadaran dan aktivitas membaca di taman bacaan. 

Tidak ada yang mampu memberantas buta aksara bila tidak ada yang mengajarkannya. Maka peran taman bacaan adalah menabur cahaya untuk melawan kegelapan. Seperti tidak ada minta baca tanpa ada akses bacaan yang disediakan.

Cahaya dan kegelapan, di mana pun adalah pelajaran sekaligus nasihat. Bahwa hidup memiliki dua sisi yang berbeda. Ada yang suka ada yang tidak suka. Ada yang benci ada yang cinta. Begitu pula berjuang di taman bacaan. Selalu ada cahaya, selalu ada gelap.

Berjuang di taman bacaan harus pantang menyerah. Sekalipun rintangan dan hambatan terus menghadang. Pegiat literasi tidak boleh takut melawan kegelapan. Karena setelah gelap, pasti ada sinar terang di ujungnya. Maka terangilah hari esok dengan seberkas cahaya hari ini. Begitulah taman bacaan bekerja.

Ketahuilah, tidak ada yang muncul setelah kegelapan selain cahaya. Tidak ada pula muncul setelah kesedihan selain kebahagiaan. Setelah duka pasti ada suka. Maka terus kerjakan perbuatan baik di taman bacaan dengan penuh cinta.

Cahaya di kaki Gunung Salak. Agar tidak ada lagi orang yang gemar mengutuk kegelapan malam. Hingga lupa, bahwa mentari tidak pernah lalai membawa sinar-nya di pagi hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun