Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cintai Pekerjaanmu, Kenapa Tiap Hari DIlakoni tapi Selalu Dikeluhkan?

20 September 2022   08:00 Diperbarui: 20 September 2022   08:03 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Bila ditengok ke luar sana, entah kenapa tidak sedikit orang yang "gagal" mencintai pekerjaaanya? Sering berkeluh kesah, merasa tidak cukup. Cepat jenuh dan ingin berhenti. Tapi sayang, akhirnya ya tetap begitu-begitu saja. Tidak ada yang berubah. Kasihan pekerjaan, tiap hari dilakoni tapi selalu dikeluhkan.

Gagal mencintai pekerjaan. Jadi bikin stres, jenuh, dan merasa kerjaan jadi beban. Income-nya pun tidak seberapa. Apalagi mereka yang kerjanya mengurus taman bacaan dan berkiprah di gerakan literasi. Sudah korbankan waktu, pikiran, dan tenaga tapi tidak ada yang bayar. Kok mau-maunya kerja bukan karena uang? Tidak masuk akal. Pantas, pegiat literasi dianggap orang-orang nggak punya kerjaan.

Banyak orang lupa. Kerja itu mau di kantor atau mau di taman bacaan ya sama saja. Selelah dan sehebat apapun, tidak akan pernah jadi berkah. Bila tidak didasari oleh cinta. Bila sudah dipilih ya kerjakan saja, apapun dengan penuh cinta. Selebihnya biarkan Allah SWT yang akan bekerja untuk kita.

Kerja atas nama cinta itu, mampu mensyukuri apa yang ada. Bukan melulu mengejar yang tidak dipunya. Untuk apa membandingkan apa yang dimiliki dengan orang lain. Nggak usah terlalu memikirkan orang lain, toh mereka tidak sekolahkan kita. Tidak pula ngasih makan. Jangan pusing untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bila perlum jauhkan orang-orang yang tertabur benci dan sikap apatis.

Literasi itu harus realistis. Bukan mimpi tanpa esensi. Maka kerjakan saja apapun dengan hati. Karena hanya hati yang mampu mempermalukan sesuatu yang dikerjakan dengan otak. Senangi pekerjaan sendiri, berhentilah menyenangkan semua orang. Pilihlah "jalan kembali" yang menyehatkan, yang mencerahkan sekalipun di taman bacaan.

Ada yang sering lupa. Semua orang itu pengen bahagia. Tapi hanya sedikit orang yang tahu bagaimana cara membahagiakan dirinya sendiri. Literat itu memang berat! Salam literasi #CatatanLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun