Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Mie Instan dan Seliter Beras di Gerakan Berantas Buta Aksara

15 September 2022   07:39 Diperbarui: 15 September 2022   07:42 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain kegiatan belajar baca-tulis, ada yang unik di aktivitas GRrakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Karena setiap usai belajar, kaum ibu buta aksara selalu diberikan "hadiah" berupa mie instan atau seliter beras. Tujuannya sederhana, agar warga belajar buta aksara termotivasi untuk terus datang dab belajar baca tulis seminggu dua kali (Kamis dan Minggu). Maklum, kegiatan belajar nonformal semacam berantas buta aksara tergolong rentan untuk tidak bisa berlanjut karena komitmen yang mengajar dan yang belajar.

Saat ini, program GEBERBURA TBM Lentera Pustaka menjadi tempat belajar 9 warga belajar kaum ibu buta aksara. Memang, memberantas buta aksara memang pasang-surut, dengan segala kendalanya. Tapi TBM Lentera Pustaka dengan didukung para relawan yang mengajar hingga kini masih terus berproses dan aktivitas belajar baca tulis tetap berjalan. (simak pula: https://www.youtube.com/watch?v=_USSmScL2YQ&t=19s). Awalnya, kaum buta aksaran jangankan mengenal huruf. Tanggal dan tahun kelahiran pun tidak tahu walau punya KTP. Tidak kenal huruf, tidak bisa mengeja kata-kata. Bahkan pelajaran pertama mereja adalah menulis nama dan membuat tanda tangan. Dan kini, mereka sudah bisa mengeja kata dan menulis walau belum lancar.

Maka untuk menjaga semangat dan motivasi, warga belajar kaum buta aksara selalu diberikan seliter beras atau mie instan setelah belajar. Agar tetap datang belajar baca tulis. Maklum, karena di bejara di GEBERBURA, tidak ada rapor tidak ada absen. Mie instan atau seliter beras pun "ditukar" dengan semangat belajar agar terbebas dari belenggu buta aksara. Apalagi di zaman serba digital seperti sekarang. Selain faktor usia dan kesadaran, faktor motivasi jadi hal penting dalam pemberantasan buta aksara.

Hadiah berupa mie instan atau seliter beras di program GEBERBURA TBM Lentera Pustaka pun menjadi sinyal akan pentingnya berbuat baik kepada sesama dalam kehidupan. Termasuk membebaskan kaum buta aksara dari belenggu buta huruf. Sekalipun dianggap sederhana, ikut memberantas buta aksara adalah perbuatan besar yang sangat bermanfaat bagi kaum buta aksara. Untuk mengangkat derajat dan martabat kaum ibu di mata anak-anaknya. Dari yang tadinya tidak bisa baca-tulis, kini sudah terbebas dari belenggu buta aksara.

   

Di GEBERBURA TBM Lentera Pustaka siapa pun bisa jadi relawan. Untuk ikut membantu kaum buta aksara. Sebagai perwujudan kepedulian sosial, di samping menegakkan aktivitas literasi di bumi Indonesia. Hadia mie instan atau seliter beras hanya simbol. Bahwa hadiah bukan dilihat dari harganya. Siapa pun tidak dilihat dari penampilannya. Tapi yang penting, seberapa bermanfaat kita untuk orang lain. Salam literasi #GeberBura #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun