Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Secangkir Kopi Pagi di Taman Baca, Jadikan Momen Puasa untuk Introspeksi Diri

2 April 2022   08:42 Diperbarui: 2 April 2022   08:48 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Sekalipun pahit, Secangkir kopi pagi di taman bacaan tidak perlu dikeluhkan. Cukup jalani, nikmati dan syukuri. Karena kopi di mana pun, tetap dicintai tanpa perlu menyembunyikan pahitnya diri.

Pagi, sulit dibantah, menjadi waktu yang penting. Karena di pagi hari, hanya ada dua pilihan. Tetap melanjutkan tidur dan mimpunya atau terbangun untuk merealisasikan mimpi-mimpinya. Maka siapa pun dapat dilihat dari cara menghabiskan pagi harinya. Pagimu adalah hidupmu.

Jangan pernah mengutuk pagi. Apalagi mengeluhkannya. Karena pagi pasti datang dengan sendirinya. Tapi pagi bukanlah rutinitas, melainkan realitas. Di pagi hari, ada orang yang berani membangun kebiasaan baik. Tapi ada pula yang gagal  menghentikan kebiasaan buruk. Memperdebatkan waktu ibadah hingga tidak sempat ibadah. Mempersoalkan negara tanpa pernah bisa berkontribusi untuk negara. Pagi menjadi tidak sederhana. Ketika banyak orang telah mengabaikan pagi. Kata-katanya hebat tapi perbuatannya jahat. Tidak lagi mampu berbuat.


Maka secangkir kopi pagi di taman bacaan mengingatkan. Hargailah waktu pagimu. Kerjakanlah bagianmu yang baik. Berdoalah kebaikan untukmu. Jalani, nikmati dan syukuri apa yang dimiliki di pagi hari. Lalu, selebihnya biarkan Allah SWT yang bekerja untuk menghidupi pagimu. Jadikan momen puasa untuk introspeksi diri dan memperbanyak ibadah.

Banyak orang depresi hari ini. Karena kehabisan secangkir kopi di pagi hari. Akibat meratapi pagi hari ini atas apa yang terjadi hari kemarin. Hingga lupa, secangkir kopi pagi selalu mengajarkan. Jadilah orang yang sederhana dalam ucapan tapi mewah dalam perbuatan. 

Secangkir kopi di taman bacaan. Selalu jadi energi para pegiat literasi. Untuk selalu optimis bukan pesimis. Selalu bertindak daripada menghujat. Karena pagi yang optimis akan berubah jadi kekuatan. Sebaliknya, pagi yang pesimis akan jadi kelemahan. Sekalipun hanya menyediakan akses bacaan ke anak-anak, secangkir kopi pagi tetap dijalani dengan penuh komitmen dan konsisten. Agar ada harapan kebaikan dan tebaran manfaat yang positif untuk orang lain. Seperti pagi yang selalu menghadirkan sinar matahari untuk kehidupan.

 

Secangkir kopi pagi di taman bacaan. Selalu mengingatkan kamu untuk lebih apa adanya. Bukan ada apanya. Lebih optimis daripada pesimis. Selalu tersenyum saat membuka mata di pagi hari setelah lelap tidur semalam. Pagi hari yang digunakan untuk berysukur dan menebar amal perbuatan baik. Bukan pagi yang dipakai untuk mengeluh, berpikir negatif, dan melakukan aktivitas yang sia-sia. 

Secangkir kopi pagi di taman bacaan. Mengajak siapa pun untuk hidup di hari ini, bukan berada di hari kemarin yang sudah berlalu atau esok yang belum tiba. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun