Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

4 Sebab Pegiat Literasi Sering Terpenjara Pikiran Sendiri

25 Februari 2022   08:09 Diperbarui: 25 Februari 2022   08:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin di dunia ini, penjara yang paling sulit untuk bebas adalah penjara pikiran. Terlalu sering takut, terlalu khawatir yang berlebihan. Sehingga tidak mampu berbuat dan melakukan apa pun. Belum mencoba sudah pesimis duluan. Belum memulai sudah diakhiri sendiri. Punya potensi dan kesempatan tapi tidak dimanfaatkan secara optimal. Akibat terpenjara pikiran sendiri.

Baru punya masalah sedikit, bisanya hanya berkeluh-kesah. Baru dimusuhi orang seperti jadi korban yang paling menderita. Baru tidak punya uang, gayanya seperti orang paling miskin sedunia. Lupa bahwa masalah dan tantangan itu dihadirkan untuk menempa diri. Agar memiliki jiwa yang kuat sekaligus meningkatkan iman dan takwa. Akibat terpenjara pikiran sendiri, jadi lupa bersyukur. Bahwa apa yang dialami dan dianugerahi kepada siapa pun, sejatinya sudah pantas untuknya.

 

Seperti pegiat literasi di taman bacaan pun sering terpenjara pikiran sendiri. Koleksi bukunya sedikit sudah frustrasi. Anak-anak yang membaca sedikit sudah kecewa. Taman bacaannya begitu-begitu saja, sudah berpikir tidak mau diteruskan. Belum berjuang optimal, belum berkreasi yang maksimal di taman bacaan sudah gampang menyerah. Maka tidak ada kata lain, pegiat literasi "dikarang" terpenjara pikiran sendiri. Harus selalu berpokir positif dan optimis dalam ber-literasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat ke depan.

Jangan biarkan terpenjara pikiran sendiri.

Banyak orang menyangka gajah jalannya pelan. Padahal gajah, bila sudah ngamuk, dampaknya sangat dahsyat. Gajah itu mampu berjalan lebih dari 40 km per hari, bahkan bisa merusak satu kampung dan merobohkan pohon sebesar apa pun. Tapi gajah seliar apa pun, tidak akan mampu berbuat apa-apa bila kakinya sudah diikat, dirantai kuar seperti penjara. Gajah tidak bebas bergerak sekalipun hanya diikat seutas tali kecil. Saat diikat di tiang kecil, gajah pun tidak bisa berbuat apa-apa. Begitulah analogi, orang yang terpenjara pikiran sendiri.

Terpenjara pikiran sendiri. Ketika siapa pun termasuk pegiat literasi di taman bacaan terlalu pesimis dalam hidup, Pikirannya negatif dan sering mematahkan pikiran baiknya sendiri. Dan yang paling kentara, orang yang terpenjara pikiran sendiri sering berkata-kata empat hal ini:

1. Tidak mungkin, saat segala sesuatu impian besar dianggap sulit bisa dicapai, Taman bacaan punya banyak buku, banyak anak yang membaca, dan banyak sponsor CSR dianggap tidak mungkin. Kok bisa?

2. Tidak bisa, saat cita-cita yang diharapkan dianggap tidak bisa diraih karena keterbatasan. Taman bacaan punya aktivitas rutin dan menarik dianggap hal yang sulit dilakukan, tidak bisa dijalankan.

3. Tidak mau, saat segala rencana yang dicanangkan tidak mau di-eksekusi. Mentalitas dan ikhtiar untuk menjadi lebih baik diabaikan. Taman bacaan pengen maju tapi tidak ada yang dilakukan. Sesuatu yang baik, kenapa tidak mau?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun