Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penganut Prasangka Buruk, Jangan Menilai Buku Hanya dari Sampulnya

10 Februari 2022   08:24 Diperbarui: 10 Februari 2022   08:39 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TAMAN BACAAN, AKAN MENEMUKAN JALAN KEBAIKANNYA SENDIRI

Sebagian orang memang percaya. Bahwa taman bacaan adalah tempat baik. Sebagai ladang amal sekaligus sarana berbuat kebaikan kepada sesama. Walau hanya menyediakann akses bacaan dengan segala aktivitasnya. Tapi nyatanya, tidak sedikit pula orang yang memiliki persepsi buruk tentang taman bacaan. Dianggap tidak berguna, bahkan segudang prasangka buruk pun ditaburkan. Apalagi untuk mereka yang terbiasa berpikir negatif dan penganut penyakit tertua di dunia, yaitu hasad alias iri.

Hidup itu keras sahabat! Makanya dunia sering dianggap segalanya. Hari-harinya hanya untuk bertarung. Hingga lupa arti perbuatan baik. Begitulah dunia bekerja bila tanpa dibekali iman dan akhlak. Akibat kerasnya hidup, mereka hanya mampu menilai sesuatu sebatas pada hari ini tanpa melihat ke depan. Terlalu banyak prasangka buruk dalam hidup itu wajar. Dan itu nyata terjadi di taman bacaan, di mana pun dan hingga kapan pun.

Biarkanlah, siapa pun mau berpikir dan menyangka apa pun. Karena mereka hanya melihat dari kejauhan tanpa mengalaminya. Terlalu cepat menilai 'kulit' tanpa menyelami 'isi'. 

Berbeda halnya dengan orang-orang baik. Selalu saja ada di dekat taman bacaan. Dia tidak bisa membantu secara fisik. Tapi dia mendukung penuh sekalipun dari kejauhan. Entah berupa doa, semangat atau donasi buku. Saat niat dan ikhtiar baik sudah dijalankan di taman bacaan. Maka biarkanlah Allah SWT bekerja untuk taman bacaan dan para pegiat literasi. Hingga waktu yang akan membuktikannya.

Seperti yang dialami TBM Lentera Pustaka. Pun dikelilingi orang-orang baik yang luar biasa. Ketika memperoleh "sedekah" donasi buku senilai Rp. 10 juta kemarin. Dari siapa? Tentu, dari sahabat saya, teman sekelas di S3 Unpak. Begitulah kiprah di taman bacaan, akan menemukan jalan kebaikannya sendiri. 

Spiritnya sederhana. Karena ketika kamu bersedekah dan berbuat baik itu bukanlah sedang menghabiskan uang atau waktumu. Melainkan kamu sedang mentransfernya untuk dirimu sendiri di waktu yang akan datang. Jadi, tetaplah istiqomah dalam perbuatan baik. Apa pun dan di mana pun? Salam literasi #DonasiBuku #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun