Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gong Xi Fa Cai dan 4 Tipe Manusia tentang Uang

1 Februari 2022   09:43 Diperbarui: 1 Februari 2022   09:44 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Gong Xi Fa Cai. Selamat tahun baru Imlek untuk sabahat yang merayakan.

Semoga kita semua diberikan Kesehatan, kelancaran, dan kesejahteraan selalu. Xin Nian Khuai Le. Doa baik pun pantas diucapkan, Shen Ti Jian Kang (semoga badan sehat selalu), Shi Shi Shun Li (semoga semua usaha lancar selalu). Lalu dijawab, Xie Xie (terima kasih) tapi bukan ciee ciee ya.

Semua ada hikmahnya. Selalu ada doa di balik peringatan hari besar. Ada kultur doa yang lebih kuat daripada event-nya itu sendiri. Bahwa peringatan itu seremoni. Tapi jauh lebih penting adalah implementasi nilai-nilai yang ada di dalamnya. Karena sejatinya dalam hidup manusia, "bungkus tidak lebih penting daripada isinya". Manusia tidak dilihat dari bungkusnya tapi isisnya. BUkan omongannya tapi tindakannya. Bukan seberapa tinggi ilmu dan pangkatnya. Melainkan manfaatnya untuk orang lain.

Seperti di hari Imlek. Ada tradisi angpao atau amplop merah sebagai bungkus. Tapi isinya uang. Sebagai simbol kepedulian kepada orang lain. Sebuah transfer kesejahteraan atau energi kepada orang lain. Dari orang yang mampu kepada orang yang tidak mampu. Dari orang tua ke anak-anak.

Amplop merah hanya symbol sekaligus tradisi. Lambang kebaikan dan kesejahteraan dalam kultur Tionghoa. Merah berarti kegembiraan, semangat menuju kebaikan, keberuntungan. Ini bukan soal ras, bukan pula soal agama. Melainkan soal moral. Soal ajaran kebaikan yang bisa terjadi pada siapa saja, dan di mana saja.  Bahwa sehebat apa pun berjuang keras untuk mencari angpao (uang). Maka ujungnya jangan lupa untuk dibagikan kepada yang membutuhkan. Jadi, jangan salah mengikapi uang atau harta. Karena uang bukanlah segalanya.

 

Tradisi amplop merah. Berarti jangan salah memperlakukan uang. Agar tidak terjerembab ke jurang kesombongan apalagi kelalaian untuk peduli. Sehingga uang dan harta mampu jadi keberkahan bukan kesengsaraan. Karena uang bukan untuk "dituhankan" melainkan untuk menjadi sarana amal perbuatan yang bermanfaat. 

Zaman begini. Makin banyak orang salah memperlakukan uang atau harta. Korupsi, jual narkoba, dan bahkan jual beli jabatan jadi bukti cara pandang salah tentang uang. Kemiskinan dan putus sekolah pun jadi bukti uang pun bisa memakan korban dan hanya dikuasai orang-orang punya. Uang dan harta, sekali lagi harus diperlakukan dengan benar. Cara pandang tentang uang dan harta pun harus benar.

Di luar sana, tidak sedikit orang yang salah dalam memperlakukan uang. Uang dianggap segalanya. Ada pula yang menjadikan uang sebagai ukuran status social dan gaya hidup. Uang, harta atau angpao kok "dipertuhankan". Faktanya, ada empat tipe manusia bila berurusan dengan uang atau harta:

1. Orang tidak punya uang tapi kelihatan seperti punya uang. Bungkusnya bagus tapi isisnya kosong. Kaum  yang "lebih besar pasak daripada tiang". Jago ilmu seni menyiksa diri. Sering menderita dan jadi candaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun