Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Omicron Mewabah, Hari Gini Tidak Cukup Jadi Orang Waras Saja

6 Januari 2022   20:21 Diperbarui: 6 Januari 2022   20:48 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Omicron jadi varian baru. Covid-19 masih mewabah. Entah sampai kapan akan berakhir? Ikhtiar sudah, doa pun sudah. Sudah berapa ribu saudara-saudara kita terenggut nyawa. Tahun lalu masih jumpa dan bercanda tapi hari ini sudah tiada. Sungguh, hidup di zaman begini. Tidak cukup hanya jadi orang yang waras. It's not enough to be sane person, boss!

 

Adalah Prof. David Hawkins yang menyebut bahwa "Banyak orang sakit karena di dalam dirinya tidak ada hati yang penuh dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas kepada sesama. Minimnya perbuatan baik sehingga yang tersisa hanya kesedihan dan deraian air mata". Hilangnya kepedulian dan perbuatan baik. Sebab itulah, seseorang mudah terserang penyakit. 

 

Sungguh, tidak cukup jadi orang yang waras semata. Karena faktanya, banyak orang fisiknya sehat tapi hatinya sakit. Kata Prof. David Hawkins didapati kebanyakan orang sakit selalu menggunakan pikiran negatif. Gagal melihat orang lain dari sisi positif. Sehingga energi kasih sayang-nya pupus. Maka akhirnya sakit batin-nya, bukan lahir-nya.

Zaman memang makin maju, makin digital. Tapi sayang, pikiran dan emosi hidupnya makin negatif. Ciri-cirinya gampang, sehari-hari hidupnya mengeluh. Gemar menyalahkan orang lain. Kepo hingga menggibahi orang lain. Bahkan menanamkan benci, iri, dan dendam kepada orang lain. Hingga akhirnya meruntuhkan pikiran positif. Lalu menjauhkan diri dari perbuatan baik, terisolasi dari ikhtira membantu orang lain yang membutuhkan uluran tangannya.

Maka, it's not enough to be sane person. Tidak cukup hanya menjadi orang waras. Karena orang waras hanya mencari ilmu agar pintar. Tapi lupa mengamalkannya untuk orang lain. Orang waras bekerja hanya untuk menjadi kaya. Tapi lupa sedekah dan zakat untuk membantu orang miskin. 

Orang waras bercita-cita naik pangkat dan punya jabatan. Tapi pangkat dan jabatannya tidak bermanfaat untuk orang lain. Akibat kepeduliannya sudah pergi. Lagi-lagi, terlalu mudah sakit. 

 

Suka tidak suka, pikiran dan emosi negatif yang dipelihara orang-orang waras itu telah menguras energi kehidupannya sendiri. Sedikit-sedikit mengeluh atau mencari salahnya orang lain. Hidupnya terkuras dengan pikiran jelek, tanpa mau meluagkan waktu untuk berbuat baik secara nyata. Maka orang seperti itu, sangat mudah mengidap berbagai penyakit yang kian canggih.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun