Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Itu Bukan Preman yang Berteriak-teriak seperti Ustaz

10 November 2021   07:31 Diperbarui: 10 November 2021   07:34 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Tanggal 10 November selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Tapi sayang, siapapun anak-anak yang ditanya. Tidak satupun dari mereka yang "ingin jadi pahlawan". Mereka justru ingin jadi dokter, jadi pilot, jadi insinyur, jadi politisi, jadi guru, jadi ustaz, atau jadi pemain sepakbola. Katanya pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya, pejuang yang gagah berani. Lalu, kenapa banyak orang tidak mau jadi pahlawan?

Seharusnya Hari Pahlawan itu tidak cukup untuk diperingati. Pahlawan pun tidak hanya dikenang. Karena pahlawan, sama sekali tidak terbatas pada segelintir orang. Seperti pahlawan nasional yang berjuang dan berkorban di masanya. Seperti Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo dan pahlawan lainnya. Karena mereka rela berkorban, bukan untuk dikenang namanya. Tapi semata-mata untuk membela cita-cita dan kebenaran.

Sejatinya, pahlawan bukan cerita yang dipelajari di sekolah. Bukan pula rasa hormat yang ada di upacara bendera. Bukan pula seperti preman yang "berpakaian" ustaz. Hingga tidak pernah tahu "apa yang diperjuangkan dalam hidupnya?"

Anehnya di zaman now. Banyak orang yang merasa jadi pahlawan, bahkan "sok pahlawan". Lalu, ujungnya jadi orang yang sok paling berjasa, paling berkorban. Lalu jadi sok tahu dan sok pintar. Agar dibilang hebat, dibilang keren, dan ingin dibilang tahu segalanya. Padahal aslinya, mereka sama sekali tidak tahu apapun. Jika tahu pun hanya sedikit saja. Hingga pahlawan sesungguhnya pun takut bila bersanding dengan orang yang "sok pahlawan". Begitulah realitas, orang-orang sok pahlawan di zaman now.

Lalu, siapa pahlawan hari ini?

Sungguh, siapapun yang melakukan pekerjaan tanpa panggilan itulah pahlawan. Mereka yang "bekerja karena keterpaksaan". Pejuang kemanusiaan yang bekerja untuk menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Karena baginya, pahlawan adalah tindakan bukan omongan. Pahlawan yang berkorban untuk kebaikan orang lain. Berani berkorban di jalan baik, dengan sepenuh hati, dengan rasa cinta secara konsisten. Orang yang hanya tahu berbuat bak, sekalipun orang-orang sok pahlawan mencercanya. Itulah seorang pahlawan.

Pahlawan pun ada di taman bacaan. 

Mereka yang berjuang demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Orang-orang yang bergerak sepenuh hati untuk mengelola taman bacaan untuk menyediakan tempat membaca anak-anak dan mendidik akhlak. Taman bacaan yang jadi tempat memberantas buta huruf, tempat anak-anak difabel ber-aktualisasi diri. 

Taman bacaan yang mampu membuat tersenyum anak-anak yatim dan kaum jompo binaan. Termasuk mampu membebaskan warga sekitar dari jeratan rentenir dan utang berbungan tinggi. Seperti yang dilakukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun