Lagi-lagi, orang pintar suka lupa. Bahwa logika yang salah dan dibumbui argumentasi ilmiah. Pada akhirnya terlalu mudah diubah jadi keyakinan. Ya, keyakinan yang bersumber dari logika yang salah. Akhirnya jadi apriori.Â
Tahu sedikit tapi banyak komentar. Â Orang pintar sulit untuk realistis. Mimpi-nya yang tidak tercapai. Tapi yang disalahin orang lain atau orang awam.Â
Orang pintar, logika adalah segalanya. Logika dianggap sumber kebenaran. Hingga lupa bahwa kebenaran itu milik Allah SWT dan semua yang terjadi di muka bumi sudah ada dalam suratan-Nya. Karena orang pintar, merasa benar lebih benar atau paling benar. Ya sesederhana itulah orang pintar.Â
Orang pintar itu. Bila pesimis justu bilang optimis. Bila salah justru bilang orang lain tidak tahu benarnya. Bila diminta segera bertindak bilangnya berdoa itu lebih penting. Bila banyak berdoa, justru bilang percuma berdoa bial tidak diikuti tindakan. Giliran diajak hemat, bilangnya hidup cuma sebentar bikin enjoy saja.Â
Giliran diajak menikmati hidup, justru bilang hidup ini harus prihatin. Jadi bingung bergaul sama orang pintar. Ada saja argumen-nya. Tidak jelas, apa yang mau dituju? Apalagi yang dilakukan.
Maaf beribu maaf ya. Bisa jadi tulisan seperti begini pun salah di mata orang pintar. Dan dianggap tidak ilmiah. Ini memang tidak ilmiah. Tapi ini adalah cara ber-ekespresi yang benar. Karena menulis lebih baik daripada ngedumel. Yang tertulis lebih ada jejaknya daripada berceloteh.
Maka hati-hati jadi orang pintar. Jangan terlalu percaya pada pikiran sendiri. Karena dalam hidup, apapun bisa terjadi. Dan tidak semua hal dapat dimengerti logika. Karena Allah SWT pasti punya alasan sendiri. Untuk apapun yang terjadi. Jadi rileks saja. Dan yang terpenting, solusi itu hadir dari ikhtiar bertindak. Bukan omong doang. Salam literasi. #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H