Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Pegiat Literasi, Katanya Orang Pintar, Kok Omong Doang?

22 September 2021   06:05 Diperbarui: 22 September 2021   06:14 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Lagi-lagi, orang pintar suka lupa. Bahwa logika yang salah dan dibumbui argumentasi ilmiah. Pada akhirnya terlalu mudah diubah jadi keyakinan. Ya, keyakinan yang bersumber dari logika yang salah. Akhirnya jadi apriori. 

Tahu sedikit tapi banyak komentar.  Orang pintar sulit untuk realistis. Mimpi-nya yang tidak tercapai. Tapi yang disalahin orang lain atau orang awam. 

Orang pintar, logika adalah segalanya. Logika dianggap sumber kebenaran. Hingga lupa bahwa kebenaran itu milik Allah SWT dan semua yang terjadi di muka bumi sudah ada dalam suratan-Nya. Karena orang pintar, merasa benar lebih benar atau paling benar. Ya sesederhana itulah orang pintar. 

Orang pintar itu. Bila pesimis justu bilang optimis. Bila salah justru bilang orang lain tidak tahu benarnya. Bila diminta segera bertindak bilangnya berdoa itu lebih penting. Bila banyak berdoa, justru bilang percuma berdoa bial tidak diikuti tindakan. Giliran diajak hemat, bilangnya hidup cuma sebentar bikin enjoy saja. 

Giliran diajak menikmati hidup, justru bilang hidup ini harus prihatin. Jadi bingung bergaul sama orang pintar. Ada saja argumen-nya. Tidak jelas, apa yang mau dituju? Apalagi yang dilakukan.

Maaf beribu maaf ya. Bisa jadi tulisan seperti begini pun salah di mata orang pintar. Dan dianggap tidak ilmiah. Ini memang tidak ilmiah. Tapi ini adalah cara ber-ekespresi yang benar. Karena menulis lebih baik daripada ngedumel. Yang tertulis lebih ada jejaknya daripada berceloteh.

Maka hati-hati jadi orang pintar. Jangan terlalu percaya pada pikiran sendiri. Karena dalam hidup, apapun bisa terjadi. Dan tidak semua hal dapat dimengerti logika. Karena Allah SWT pasti punya alasan sendiri. Untuk apapun yang terjadi. Jadi rileks saja. Dan yang terpenting, solusi itu hadir dari ikhtiar bertindak. Bukan omong doang. Salam literasi. #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun