Katanya, minat baca orang Indonesia itu rendah. Tapi kata yang lain, akses buku bacaan yang tidak tersedia di banyak tempat. Jadi yang benar apa? Minat rendah atau akses buku tidak ada? Bingung kan.
Ada lagi contoh. Ada orang yang menuntut orang lain untuk menerima pendapatnya. Tapi di saat lain, dirinya sendiri langsung menolak pendapat yang bertentangan dengan pikirannya. Bingung lagi kan.
Banyak orang bilang dirinya "open minded". Tapi giliran berbeda pendapat ditolak. Berbeda pilihan langsung bikin "garis pembatas". Katanya pikiran terbuka. Tapi pendapatnya mau diterima orang lain. Giliran pendapat orang lain yang berbeda buru-buru dibantah lalu dicari alasan ilimiahnya. Pasti bingung lagi kan.
Saat masih miskin. Selalu menuding orang kaya itu egois. Tidak mau menolong orang miskin. Orang disebut kapitalis, menumpuk harta dilarang dalam agama. Eh, saat sudah kaya. Justru orang miskin yang dituding sebagai orang malas. Tidak mau kerja keras, dianggap kaum yang maunya ditolong. Makin bingung lagi kan.
Zaman boleh maju, era boleh digital. Tapi di saat yang sama, kualitas orang-orangnya belum tentu jadi lebih baik. Karena terlalu percaya pada pikirannya sendiri. Hidupnya ber-standar ganda.
Â
Standar ganda itu sikap. Orang yang tidak tidak konsisten dalam menilai sesuatu. Bilangnya objektif tapi nyatanya lebih memihak pada pikiran dirinya sendiri. Standar ganda itu bisa disebut hipokrit. Lebih umum lagi disebut orang munafik. Bermuka dua dalam menetapkan standar.Â
Kenapa banyak orang ber-standar ganda?
Karena mereka lebih gemar dan terbiasa 'menakar dan mengukur' orang lain pakai takaran pikirannya sendiri. Kerap menilai orang lain dari 'sudut pandang' dirinya sendiri. Dan tidak mampu memahami orang lain dari sudut pandang yang berbeda.
Â