Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Manusia Ibarat Buku, Terserah Mau Tulis Apa

15 Juli 2021   06:35 Diperbarui: 15 Juli 2021   11:19 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Hidup manusia, sejatinya memang seperti buku. 

Dari hari ke hari selalu ada yang harus dikerjakan, dituliskan. Setiap hari terbangun di pagi hari bak halaman pertama pada sebuah buku. Hingga akhrnya terlelap tidur di malam hari bak halaman terakhir sebuah buku. Dan ketika halaman terakhir itu selesai, maka berakhirlah kehidupan manusia. Seperti yang dialami saudara-saudara kita yang "berpulang" ke hadirat-Nya akibat pandemi Covid-19. 

Manusia memang ibarat sebuah buku.

Tanggal lahir bak cover depan. Di situlah manusia diberi nama, seperti buku dengan judulnya. Sedangkan tanggal kematian bak cover belakang. Di situlah ringkasan hidup manusia dicoretkan, seperti buku dengan ringkasannya. Tiap hari ada yang dikerjakan manusia, bak halaman demi halaman pada sebuah buku. Terserah, apa yang mau dituliskan. Kebaikan atau keburukan, kemaslahatan atau kemudharatan. Manusia yang manfaat atau tidak manfaat.

Jelas sudah, hidup manusia ibarat sebuah buku. 

Ada buku yang tebal, ada buku yang tipis. Ada buku yang menarik dibaca, ada pula buku yang tidak menarik. Begitulah manusia di dunia ini. Manusia pun begitu. Ada yang menebar kebaikan saat hidupnya, ada pula yang bertumpu pada keburukan. Ada yang berbuat untuk sesama, ada pula yang bertindak hanya untuk dirinya sendiri. Pasang surut, manis pahit selalu ada dalam hidup manusia. Terserah, bagaimana menyikapinya?

Maka orang bijak pernah bilang. Sebuah ruangan tanpa buku ibarat tubuh tanpa jiwa. Hidup tanpa buku seperti ruang gelap tak berlampu. Maka di dunia ini, ada manusia yang menerangi, ada pula yang menggelapi. Mau terang mau gelap, itu pilihan manusia.

Lagi-lagi, manusia memang seperti buku.

Selalu ada cerita suka di satu halaman. Tapi juga ada kisah duka di halaman yang lain. Seperti isi sebuah buku, kisah hidup manusia pada lembar demi lembar halamannya, selalu punya cerita sendiri. Setiap manusia pun bebas untuk menuliskan tiap lembar perjalanan hidupnya. Dia yang menjalani hari-harinya. Dia pula yang memegang pulpen-nya. Entah, coretan apa yang akan digoreskannya?

Ibarat sebuah buku. Apapun yang sudah dituliskan, tidak akan pernah bisa di-edit lagi. Coretan masa lalu yang digoreskan tidak akan bisa di-delete. Karena waktu yang sudah berlalu, tidak akan pernah bisa dipanggil Kembali. Waktu hidup manusia yang laku tidak bisa diputar ulang Kembali. Maka berhati-hatilah, jangan lalai jangan abai dalam hidup. Mau baik atau buruk di sisa hidup, sangat tergantung yang menuliskannya, tergantung manusianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun