Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mampukah Taman Bacaan Bertahan di Era Digital?

23 Juni 2021   06:33 Diperbarui: 24 Juni 2021   01:07 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Geberbura TBM Lentera Pustaka

Alhasil kini, proses dan ikhtiar di taman bacaan memang tidak pernah mengkhianati hasil. Perlahan, anak-anak yang membaca di TBM Lentera Pustaka terus bertambah. Dan kini di tahun 2021, ada 168 anak usia sekolah sebagai pembaca aktif. Rutin datang ke taman bacaan seminggu 32 kali dan mampu melahap 5-8 buku per minggu per anak. 

Bahkan lebih dari itu, kini TBM Lentera Pustaka pun menjalakan program lainnya: 1) GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) dengan 9 ibu warga belajar, 2) KElas PRAsekolah (KEPRA) dengan 17 anak, 3) YAtim Binaan (YABI) dengan 16 anak yatim, 4) JOMpo Binaan (JOMBI) dengan 7 lansia, 5) Koperasi LENTERA dengan 16 anggota sebagai "perlawanan terhadap praktik rentenir", 6) DONasi BUKu (DONBUK) untuk menerima dan menyalurkan doansi buku. 7) RAjin menaBUng (RABU) mengajarkan pentingnya menabung sebagai literasi finansial, dan 8) LITerasi DIGital (LITDIG) untuk mengajarkan internet sehat dengan fasilitas 5 komputer hibah.  Bahkan kini, TBM Lentera Pustaka terus berkiprah dan dampaknya meluas hingga ke 3 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya).

Media massa seperti NET TV, CNN TV, DAAI TV, TV Parlemen, Jawa Pos, Media Indonesia, Majalah Kartini, Bogor-kita.com, dan Liputan6.com pun sudah meliput dan menjadikan TBM Lentera Pustaka sebagai narasumber taman bacaan, buta aksara , dan gerakan literasi. Lebih dari itu, kini pun telah berdiri "Yayasan Lentera Pustaka Indonesia" dan hadirnya website:

https://tbmlenterapustaka.com/ sebagai penguatan kiprah taman bacaan ke depannya. Untuk memastikan tercapainya 6 kecakapan literasi dasar (baca-tulis, numerasi, finansial, digital, sains, budaya-kewargaan). Tentu atas dukungan CSR korporasi sebagai sponsor dan orang-orang baik yang sudah ada selama ini, para wali baca dan relawan.

Jadi, taman bacaan pasti dapat bertahan di era digital. Karena taman bacaan adalah satu-satunya "lawan tanding" yang memadai untuk anak-anak dalam belenggu ancaman putus sekolah, pernikahan dini, narkoba, bahkan gim online. Hanya taman bacaan, yang masih mampu menjaga perilaku anak untuk tetap dekat dengan buku. Sekalipun tradisi membaca anak kian langka. 

Maka ada pelajaran penting di taman bacaan. "Jangan pernah menyerah dalam berkiprah dan jangan terlalu mudah bilang tidak bisa bertahan". Taman bacaan adalah perbuatan baik, maka pelihara dengan apik. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Sumber: Geberbura TBM Lentera Pustaka
Sumber: Geberbura TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun