Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Ada Sinyal Kematian Darimu, In Memoriam Bapak Lotang Yunus

14 Juni 2021   09:52 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:41 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 8 Juni 2021 sang prajurit teladan. Bapak Ambo Lotang Yunus bin Koto menghembuskan nafas terakhir di usia 76 tahun. Tidak ada sinyal kematian darinya. Dua 1 jam setelah makan siang, ia tertidur di kursi ruang tamu. Hingga terdeteksi pukul 15.16 WIB sakaratul maut bergulir. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada Allah SWT pula kita akan kembali.

Sang prajurit teladan itu pun dimakamkan satu liang lahat dengan istrinya, almarhumah Tati Raenawaty binti Raenan. Sosok suami setia yang 20 tahun merawat istrinya yang sakit, figure bapak yang luar biasa di mata anak-anaknya. Bahkan seorang pekerja keras yang selalu ikhtiar menafkahi keluarganya dengan bekerja sampingan saat aktif jadi tantara. Tanpa keluh-kesah, tanpa malu. Nilai-nilai baik itulah yang ditularkannya.

Inilah In Memoriam ke-5, almarhum A. Lotang Yunus. Lelaki asal Bengo Maros Sulsel. Teriring doa untuk amarhum Bapak Ambo Lotang Yunus. Semoga diterima amal ibadahnya, diampuni dosa dan salahnya. Serta mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, amiin. Selamat Jalan Bapak, izinkan saya untuk menuliskan apa yang saya rasakan setelah kepergian Bapak.

Tidak ada sinyal kematian darimu, in memoriam Bapak Ambo Lotang Yunus. 

Hampir semua orang tidak menyangka. Tetangga bilang, sepertinya kemarin masih keliling pakai motor cari sarapan. Kawan main catur pun bilang sepertinya sehat-sehat saja dan tidak pernah mengeluh sakit. Bahkan anak-anaknya pun menganggap ssakitnya biasa-biasa saja. Sakitnya orang tua, hanya butuh istirahat. Sama sekali tidak ada yang menduga. Bapak Ambo Lotang Yunus meninggal begitu mudah, tidak merepotkan dan dalam keadaan tidur namun ada senyuman yang tersisa. 

 Kematian seseorang yang dicintai, apalagi orang tua, memang menyisakan duka yang dalam. Agak lama untuk bisa memulihkannya. Karena hari-hari di rumah yang biasa terdengar suaranya, terlihat aktivitasnya. Kini tidak ada lagi, kosong dan kemana beliau? Begitu tanya dalam hati. Kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, sontak terhenti dan tidak ada lagi. Saya sendiri masih tertegun setiap kali sholat 5 waktu, sambil mendoakannya.

Tidak ada sinyal kematian darimu.

Kadang, kematian bisa jadi solusi terbaik. Bila memang saat yang tepat itu tiba. Apalagi dalam keadaan baik, dalam senyuman ikhlas. Tapi kematian juga bisa jadi "ketidak-percayaan" Sebagian orang. Kemarin-kemarin masih ada, kini telah tiada. Tidak ada sinyal sedikit un akan pergi. Seperti yang saya dan adik-adik rasakan sepeninggal Bapak Ambo Lotang Yunus.

Sungguh Pak. Bapak sama sekali tidak memberi sinyal kepergian. Atau saya dan adik-adik serta cucu yang tidak peka terhadap gejala-gejala sebelumnya. Ada perubahan sikap yang jarang dilakukan Bapak. Atau ada kata-kata yang "baru pertama kali" dilontarkan. Sinyal kematian, memang jarang terjadi. Atau mungkin, banyak orang tidak mengetahuinya. 

 Maka wajar saya menghadiahi tulisan ini. Agar bisa jadi kenangan, kerinduan saya terhadap sosok Bapak Lotang Yunus yang luar biasa. Sosok prajuri teladan, pensiunan tantara yang lurus. Kapan pun teringat Bapak, saya dan mungkin orang lain bisa "googling" nama bapak, lalu membaca kembali tentang Bapak sebagai kenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun