Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ngotot Silaturahmi Lebaran Saat Pandemi, Begini Tahapan yang Harus Diperhatikan

12 Mei 2021   14:56 Diperbarui: 12 Mei 2021   20:42 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran tahun 2021 ini bikin galau, Bila tidak mau dibilang stres. Begitu kata sebagian besra kawan saya. Karena terlalu banyak larangan. Banyak kekhawatiran. Mudik dilarang, halal bihalal dilarang, bahkan Shalat Ied pun akhirnya dibatalkan. Apalagi kerumunan. 

Semuanya akibat pandemi Covid-19. Keadaan yang sangat bisa dimaklumi. Mungkin, seumur-umur ada lebaran inilah kali kedua, berlebaran dalam suasana galau. Bila tidak mau disebut mencekam. Idulfitri 1442 H, terpaksa #DiRumahAja.

Sekalipun dilarang, ada 1,2 juta orang sudah mudik tinggalkan Jakarta. Belum lagi puluhan ribu kendaraan yang terpaksa disuruh putar balik. Penyekatan jalan ada di mana-mana. 

Pemudik makin galau. Karena mudik dan bersilaturahmi saat lebaran boleh jadi sudah tradisi. Bahkan dianggap sakral. Suasana batin dan pikiran lebaran kali ini, campur aduk. Penuh warna-warni tapi tetap mencekam.

Lalu, bagaimana bisa silaturahmi dan berkunjung ke rumah orangtua atau kerabat?

Inilah persoalannya. Silaturahmi, halalbihalal, saling berkunjung ke rumah kerabat sudah jadi ritual setiap kali lebaran. Tapi di masa pandemi Covid-19 begini, apa harus tetap dilakukan? 

Ada yang bilang harus, karena kapan lagi bisa berjumpa orangtua dan saudara. Ada yang bilang nanti saja karena khawatir terjangkit Covid-19. Ngeri-ngeri sedap memang suasana silaturahmi lebaran tahun ini.

Satu hal yang patut disadari bahwa pandemi Covid-19 itu nyata. Covid-19 itu masih ada dan makin sulit diduga. Antara yang terjangkit dan tidak terjangkit. Vaksinasi pun bukan jaminan tidak tertular. 

Kemarin-kemarin, berapa banyak saudara dan kawan kita yang akhirnya meninggal dunia akibat Covid-19. Maka tetap waspada dan berhati-hati terhadap Covid-19. Lebih baik menahan diri daripada menyesal kemudian.

Silaturahmi memang sudah tradisi. Tapi lebaran kali ini sebaiknya dilakukan secara virtual atau online. Karena silaturahmi atau halalbihalal berpotensi terjadi "kerumunan". Apalagi yang merasa sehat, biasanya "mengabaikan" protokol kesehatan. 

Ketahuilah, sehat itu mahal. Jangan abaikan soal sepele bila akhirnya fatal. Jangan memaksa silaturahmi. Mari jaga kesehatan orangtua dan saudara-saudara kita. Lebih baik mencegah daripada mengobati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun