Tapi bekerja adalah aktualisasi diri. Kerja sebagai moralitas, soal spiritualitas. Karena bekerja adalah anugerah sekaligus amanah yang patut disyukuri. Darma bakti yang harus dijalankan dengan ikhlas, sepenuh hati untuk kebaikan. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang "bekerja" untuk si buruh.
Bila buruh pusing. Bisa jadi karena hidupnya terlalu diukur dari untung-rugi. Karena hidupnya lebih banyak mengeluh daripada bersyukur. Karena gaya hidupnya melebihi biaya hidupnya. Maka selagi masih jadi buruh, cukup terima apa adanya sambil terus bersyukur. Sementara yang jadi majikan atau pengusaha, ya tidak boleh sewenang-wenang. Tidak boleh merasa sok berkuasa. Agar buruh atau pengusaha bisa bersinergi, bisa "bertemu di jalan yang sama".
Bekerja hari ini, harusnya diukur dari nilai sosialnya, bukan hanya nilai materialnya. Bukankah bekerja juga untuk kemaslahatan umat; untuk kepedulian terhadapa sesama. Bukan hanya untuk mengejar pangkat, untuk jabatan, untuk tunjangan dan sebagainya. Katanya bekerja agar berkah. Di mana berkahnya bila tidak ada manfaatnya untuk orang lain?
Buruh jangan pusing lagi. Karena buruh hanya statusm hanya simbol. Dan pekerjaan pun bukan beban, bukan hukuman. Melainkan anugerah dan kekuatan agar buruh bisa lebih berdaya dan lebih bermanfaat untuk orang lain. Selamat Hari Buruh. #HariBuruh #Mayday #CatatanHariBuruh
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI