Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

GEBERBURA, Berantas Buta Aksara Berbasis Inklusi Sosial

25 April 2021   07:20 Diperbarui: 25 April 2021   07:25 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berhasil mengembangkan taman bacaan yang kini memiliki 170 anak usia sekolah pembaca aktif, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor memperkuat program Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) berbasis inklusi sosial. Gerakan berantas buta huruf dengan 10 warga belajar dari kalangan ibu-ibu dari keluarga prasejahtera ini mulai menekankan partisipasi aktif peserta dalam kegiatan belajar menuju pemberdayaan ekonomi, khususnya melalui Koperasi Lentera yang dedikasikan untuk koperasi simpan pinjam untuk menghindari sistem utang dari rentenir.   

Setelah berjalan 2 tahun, sebagian besar kaum ibu peserta GEBERBURA memang sudah melek huruf, bisa membaca dan menulis walau masih tersendat. Maka sebagai tindak lanjut, mereka dilibatkan secara aktif dalam aktivitas koperasi simpan pinjam. Langkah ini ditempuh TBM Lentera Pustaka agar kaum ibu memahami prinsip ekonomi sederhana. Khususnya edukasi untuk tidak terlibat utang. Bila terpaksa, maka sebaiknya lebih dulu menyimpan/menabung lalu kekurangan dana yang dibutuhkan baru meminjam. Hal ini sebagai implementasi inklusi sosial di taman bacaan untuk lebih proaktif dalam membantu individu kaum ibu untuk lebih percaya diri dalam kemampuan ekonomi rumah tangga melalui kelompok belajar GEBERBURA.

Program GEBERBURA yang rata-rata tingkat pendidikan pesertanya 33% dan 67% tidak lulus SD ini secara rutin seminggu 2 kali belajar baca tulis. Sebagai upaya untuk memastikan benar-benar terbebas dari belenggu buta aksara. Inklusi sosial jadi diperlukan untuk mempertahankan semangat kemauan belajar, di samping menuju pemberdayaan ekonomi rumah tangga.

"Selaku penggagas GEBERBURA, TBM Lentera Pustaka tetap jalankan aktivitas rutin berantas buta aksara. Agar kaum ibu di sini benar-benar melek baca dan tulis. Dan sekarang kita perkuta dengan inklusi sosial melalui aktivitas pemberdayaan ekonomi berupa koperasi simpan pinjam yang baru dimulai awal April 2021 ini. Hal ini sekaligus memperkuat peran taman bacaan dalam meningkatkan kualitas SDM kaum ibu melalui gerakan literasi, di aktivitas ekonomi kewargaan" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka sekaligus penggagas Geberbura di Bogor (25/4/2021).

Patut diketahui, peserta GEBERBURA tergolong sudah berumur, di kisaran 45-65 tahun selama ini memang tidak memiliki akses belajar membaca dan menulis sejak puluhan tahun. Karena itu, mulut dan lidahnya sangat sulit menyebut huruf, bahkan tangannya pun kaku saat harus menulis di buku. Maka gerakan berantas buta aksara yang dijalankan sama sekali tidak mudah. Apalagi kegiatan belahar bersifat informal, perlu cara kreatif dalam kegiatan belajarnya. Seperti tiap datang belajar, peserta pun diberi "hadiah" berupa seliter eras atau mis instan untuk memotivaai agar tetap rajin datang belajar baca tulis.

Melalui metode "be-nang", belajar menyenangkan, kaum buta huruf dilatih untuk mau belajar tanpa malu, belajar baca tulis tanpa rasa gengsi. Maklum, kaum buta huruf ini sudah terlalu "nyaman" tidak bisa baca tidak bisa tulis. Untuk itu, inklusi sosial pun diterapkan agar dapat mengintegrasikan keadaan masing-masing warga belajar dengan budaya, nilai kearifan lokal, dan target yang ingin dicapai. Yaitu terbebas dari belenggu buta huruf, di samping tetap punya kemauan belajar di usia lanjut.

Kini, ibu-ibu yang tergabung dalam GEBERBURA sudah terlatih untuk mengenal huruf dan angka, meng-eja suku kata dan kata, dan menulis kalimat. Tentu, proses belajar dijalani dengan cara santai sambil diselingi guyonan. Maka gerakan memberantas buta huruf, memang tidak semudah membalik telapak tangan. Sekalipun di tengah era digital dan revolusi industri yang digaungkan banyak pihak. TBM Lentera Pustaka tetap fokus memperkuat gerakan berantas buta aksara berbasis inklusi sosial. Dengan memberikan perhatian khusus pada pelibatan aktif setiap individu dalam kegiatan belajar dan aktivitas koperasi.

Maka di momentum bulan puasa kali ini, TBM Lentera Pustaka pun mengajak seluruh pihak untuk lebih peduli kepada kaum buta aksara. Agar dapat membaca dan menulis agar lebih terhormat di mata anak-anaknya. Mampu mengubah niat baik jadi aksi nyata. #GEBERBURA #TBMLenteraPustaka #TamanBacaanInklusiSosial

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun