Dunia pendidikan harus cepat merespon semua kebutuhan dan tantangan akibat Pandemic covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia setahun terakhir. Begtu simpulan Forum Diskusi Pedagogik IKA UNJ hari ini (31/03/2021) yang diikuti 120 peserta. Salah satu tantangannya adalah kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi proses belajar mengajar baik di kampus maupun di sekolah. Sekalipun proses belajar mengajar dilakukan melalui pembelajran jarak jauh (PJJ). Namun masalahnya tidak terbatas soal momentum transformasi pendidikan berbasis teknologi informasi atau digital. Tapi lebih ari itu, nyatanya hak didik atau hak belajar anak-anak didik sama sekali belum terpenuhi.
"Teknologi itu baru bisa memenuhi salah satu aspek saja dari kebutuhan pendidikan kita, yakni kognisi (transfer ilmu dan pengetahuan). Belum menyentuh aspek penting lainnya yakni afeksi (nilai-nilai, dan pembentukan karakter) dan psikomotorik. Maka persoalan pedagogik selama PJJ harus segera diatasi" ujar Juri Ardiantoro, Ketua Umum IKA UNJ saat membuka Forum Diskusi Pedagogik IKA UNJ.
Untuk itu jawabnya terletak pada optimalisasi mekamisme komunikasi intensif antara sekolah dengan orang tua. Aspek afektif dan psikomotorik, seharusnya dapat dipenuhi dengan baik jika ada proses yang intens antara anak didik, guru, orang tua dan lingkungan. Interaksi intens inilah yang akan memonitor perkembangan anak, memeriksa potensi diri anak sekaligus memitigasi aspek-aspek yang dianggap perlu diperbaiki, dan juga mendorong dan memfasilitasi potensi, bakat, minat dan pilihan-pilihan anak didik setelah lulus. Interaksi intens ini juga dapat mengasah potensi kepemimpinan, yakni kemampuan mengenali problem-problem yang dihadapai dan mampu mencari berbagai alternative peneyelaian dan membuat keputusan atas apa yang diyakininya.
Maka dalam Forum Diskusi Pedagogik IKA UNJ ini direkomendasikan pola komunikasi intens melalui cara membangun inisiatif, khususnya dari institusi sekolah. Sekolah harus dapat menyiapkan guru-guru yang dapat mengadaptasi pola baru ini, menyiapkan perangkat dan mekanisme komunikasi dengan orang tua, bahkan sekolah dapat menyiapkan kurikulum atau program belajar dengan metode ini. Dengan cara ini krisis pedagogi berupa hilangnya fasilitasi, pendampingan, dorongan, reward, dan punishment kepada anak didik dapat diatasi dan dihidupkan kembali. Sehingga tujuan pembelajaran dan aspek pedagogic pendidikan dapat dicapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H