Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literasi Tukang Becak, Kenapa Memberontak Hidup?

18 Maret 2021   07:24 Diperbarui: 18 Maret 2021   07:24 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Becak, sudah makin langka. Bila tidak mau dibilang punah.

Becak bolehlah dibilang alat transportasi tradisional, kendaraan zaman dulu. Tanpa bahan bakar, tanpa polusi udara. Bisa jalan bila digenjot abang-nya. Selalu ada kegembiraan pada setiap genjotannya. Baik yang menggenjot atau yang digenjot. Lalu, ngacir dengan penuh senyuman.

Secara etimologi. Becak berasal dari bahasa hokkien. Yaitu "be-chia" yang berarti "kereta kuda". Banyak orang menganggap, becak identik dengan kaum marjinal. Kaum miskin atau warga kelas bawah. Tentu sah-sah saja, Karena memang becak bukan jalan untuk menjadi kaya. Tidak ada kemewahan di balik kayuhan tukang becak.

Tapi becak bisa jadi simbol. Tentang pentingnya ikhtiar. Tentang kerja keras tanpa mengenal lelah. Bukan berdiam diri atau tidak mau berjuang. Tukang becak, menegaskan siapa pun hanya bisa ikhtiar. Tapi tidak bisa menentukan hidupnya. "Teruslah mengayuh hingga tak sanggup", begitulah filosofi becak. 

Seperti berjuang di taman bacaan. Sangat butuh sikap militansi seperti tukang becak. Tidak boleh menyerah, jangan pernah cepat lelah. Karena taman bacaan adalah satu-satunya "lawan tanding" anak-anak tukang main gawai. Bahkan taman bacaan adalah "musuh" narkoba, putus sekolah, dan pernikahan dini. Maka siapa pun di taman bacaan, harus berjiwa pantang menyerah.

Jika hari ini, banyak orang menyangka "dunia itu kejam". Justru tukang becak tidak pernah berpikir seperti itu. Rezeki itu sudah diatur Allah SWT. Rezeki itu tidak akan pernah tertukar antar orang per orang. Bahkan rezeki pasti ada dan selalu mengalir, tidak putus-putus. Asal tetap mau ikhtiar dan doa. Asal tidak serakah. Dan apa yang kita miliki hari ini, sangat pantas untuk kita. 

Di balik literasi becak. Selalu ada pelajaran berharga. Bahwa siapa pun harus menerima apa yang diberikan Alalh SWT. Agar tidak meminta apa yang tidak diberikan dalam hdup. Tanpa perlu mengeluh, tanpa perlu membandingkan. Karena tukang becak, selalu bersyukur atas apa dipunya.

Selain sederhana, berani, ulet, dan mampu mengendalikan diri. Tukang becak berpesan "hidup tidak perlu memberontak terhadap hidup itu sendiri". Salam literasi #KampanyeLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun