Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 54 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gawai Canggih tapi Sering Menolak Panggilan, Kenapa?

2 Maret 2021   06:21 Diperbarui: 2 Maret 2021   06:30 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Zaman now, eranya boleh digital, serba canggih. Karena gawai ada dalam genggaman. Tapi sayang, banyak orang yang "menolak panggilan". Karena telepon masuk tidak dijawab. Ada WA pun tidak dibaca apalagi dibalas. Bahkan otang tua SMS pun dicuekin, tidak dijawab. Sementara hari-harinya memegang HP. Main gadget. Gawai dalam genggaman yang salah pakai. Karena selalu menolak "panggilan".

Gemar menolak panggilan. Realitas itu banyak terjadi sekarang.

Gawai boleh canggih. Fiturnya banyak. Video call bisa, kamera resolusi tinggi. Tapi semua itu tidak berguna. Karena dipakai untuk kesenangan pribadi. Tapi setiap ada panggilan, selalu ditolak. Sengaja tidak diangkat, sengaja tidak dijawab. Tapi bilangnya sibuk atau lagi di-charge. Intinya, menolak panggilan, membiarkan panggilan. Entah karena malas angkat, entah karena benci atau tidak suka. Selalu ada alasan negatif untuk menolak panggilan.

Seperti di taman bacaan. Hari ini masih banyak anak-anak yang menolak "panggilan membaca". Anak-anak yang tidak mau membaca, tidak datang ke taman bacaan. Atas sebab alasan apapun. Lebih senang nongkrong, lebih senang main. Membaca buku sebagai perilaku baik, tentu bukan tanpa hambatan.

Selalu saja ada tantangannya. Maka, membaca buku dan taman bacaan butuh perjuangan dan kesabaran. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi. Di mana pun dan hingga kapan pun. Karena taman bacaan, sejatinya sedang membangun peradaban.

Adalah fakta, banyak orang berani menolak panggilan membaca. Berani menolak panggilan perbuatan baik di taman bacaan. Bahkan berani menolak panggilan pikiran dan perilaku baik. Mereka lupa, sejatinya hidup di dunia itu adalah menjalankan "panggilan" untuk menebar kebaikan, membuat kemanfaatan. Sambil melayani orang lain untuk bisa lebih baik.

Bila panggilan kebaikan saja ditolak. Bila panggilan telepon orang tua pun ditolak. Lalu, apakah manusia bisa "menolak panggilan" Allah SWT? Siapa yang berani menolak panggilan Allah? Maka hati-hatilah. Segera muhasabah diri, introspeksi. Mumpung masih ada waktu. Karena cepat lambat, siapa pun tidak akan dapat lagi menolak panggilan Allah. Bila waktunya tiba.

Manusia sering lupa. Sehat, rezeki, dan panjang umur itu semua dari Allah. Bukan karena kepintaran atau kecerdasannya. Lalu, kenapa karena ego, pangkat, jabatan atau status sosial jadi terlalu mudah "menolak panggilan". Jangan pernah menolak panggilan, apalagi dari Allah SWT.

Sejatinya, Allah itu hanya memanggil manusia 3 kali saja seumur hidup. Panggilan yang tidak boleh ditolak. Panggilan yang harus dilaksanakan, harus dikerjakan oleh manusia sebagai hamba-Nya. Tanpa kecuali dan untuk siapa pun. Ada 3 panggilan yang harus dikerjakan. Yaitu 1) panggilan AZAN untuk sholat, 2) panggilan HAJI untuk berkunjung ke rumah-Nya, dan3) panggilan KEMATIAN untuk berpulang ke sang pencipta,

Maka jangan pernah menolak panggilan Allah SWT. Panggilan-nya harus dikerjakan dan dijawab dengan amal soleh, dengan amal perbuatan. Karena bila berani menolak panggilan azan, berani menolak panggilan haji. Maka Allah pasti siap memanggil manusia dengan KEMATIAN. Karena "qullu nafsin zaiqotul maut", setiap manusia pasti akan merasakan mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun