Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Gengsi Diburu Orang?

21 Februari 2021   15:06 Diperbarui: 21 Februari 2021   15:30 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GENGSI, kata banyak orang, lagi sering dicari.

Karena gengsi dianggap identik dengan kehormatan, dengan martabat seseorang. Bermodalkan gengsi, seseorang dianggap keren banget. Tanpa gengsi, katanya tidak punya eksistensi. Maka wajar, gengsi diuber banyak orang. Gengsi bikin orang cetar membahana.

Pertanyaannya, apa iya orang yang punya gengsi lalu terhormat?

Tentu jawabnya, tidak. Gengsi itu bukan harga diri. Beda dong, Gengsi itu basisnya gila kehormatan atau mabuk popularitas. Sementara harga diri itu basisnya kesadaran, selalu bersahabat dengan realitas.

Jadi, ketika harga diri seseorang kokoh maka gengsi akan melekat dengan sendirinya. Tapi jangan dibalik, menjual harga diri demi gengsi. Apalagi sampai berani mengorbankan harga diri hanya ingin dianggap punya gengsi. Celaka itu, hanya buat gengsi korbankan harga diri.

Untuk apa gengsi? Bila umur sudah tua kok masih bilang muda. Bila tidak punya uang berlagak seperti banyak uang. Tidak pernah amal tapi teriak rajin amal. Bahkan tidak pernah membaca buku pun mengaku suka baca buku. Itu semua karena gengsi. Biar dibilang keren, biar dibilang terhormat.

Ketahuilah, uang sekecil apa pun pasti cukup bila digunakan untuk hidup. Tapi uang sebanyak apa pun tidak akan pernah cukup, bila dipaksa untuk memenuhi gaya hidup.

Gengsi itu justru identik dengan gaya hidup. Gaya hidup selangit akhirnya butuh gengsi. Lalu memaksa diri, di luar kemampuannya. Maka terpuruklah, hidup orang-orang yang mengejar gengsi. Seperti Ibu Anu, yang tidak bekerja. Tapi memaksa diri beli HP yang mahal pakai kartu kredit. Akhirnya, tidak mampu bayar. Uang sekolah anaknya pun belum dibayar sudah 4 bulan. Padahal gaji suaminya tidak seberapa. Tapi cukup untuk makan sebulan. Nah si Ibu Anu itulah contoh orang yang mengejar gengsi. Biar dibilang keren padahal sebaliknya.

Banyak orang lupa. Gengsi itu tidak enak dimakan. Lagi pula menyeramkan.

Tapi sayang, masih saja ada orang yang mati-matian memburu gengsi. Berani melakukan apa saja, demi gengsi. Akhirnya, banyak orang bertikai karena soal beda gengsi. Korupsi akibat gaya hidup untuk membiayai gengsi. Gengsi memang gila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun