Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Literat Itu Kerjakan yang Baik Tinggalkan yang Buruk

12 Februari 2021   11:54 Diperbarui: 12 Februari 2021   12:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Literasi paling sederhana itu "kerjakan yang baik, tinggalkan yang buruk".

Kalimat sederhana tapi jelas. Tanpa dalih tanpa alasan. Selagi itu kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain, maka kerjakanlah. Smabil diam boleg, sambil berisik pun tidak masalah. Asal itu kebaikan,kebajikan. Bukan keburukan, bukan kejelekan, bukan pula gossip atau ngomongin orang.

Karena setiap perbuatan baik sekecil apa pun akan Kembali kepada yang melakukannya. Dan keburukan sekecil apa pun yang ditebarkan, maka akan kembali pula kepada yang mengerjakannya. Jadi tinggal pilih, mau yang baik atau buruk? Itu semua ada konsekuensinya.

Tidak usah berdalih lagi. Setiap perbuatan baik pasti berdampak positif, maka kerjakanlah. Akan tetapi pekerjaan buruk yang sia-sia bahkan berdampak negatif, maka jauhilah. 

Seperti yang dilakukan di taman bacaan. Itulah perbuatan baik.

Mulai dari memberi akses bacaan kepada anak-anak. Mengecek kartu baca, menemani membaca hingga mengajarkan adab kebaikan seperti salam, cium tangan, hingga antre. Atau mengajar ibu-ibu buta aksara pun perbuatan baik. Dari yang tadinya tidak bisa menulis nama, membuat tanda tangan hingga membaca kata. Akhirnya kini, kini mereka bis abaca bisa tulis. Maka selagi baik, maka kerjakanlah. 

Di taman bacaan tidak ada politik, tidak ada pula kebencian. Yang ada hanya ikhtiar, bagaimana cara anak-anak di masa penademi Covid-19 yang harus belajar dari rumah tapi tetap bisa membaca buku. Ibu-ibu buta aksara tetap dapat belajar baca tulis agar tidak lupa dan lebih bermartabat di mata anaknya. Bahkan anak-anak yatim yang dibina agar tetap bisa belajar, tidak putus sekolah. Itulah yang dilakukan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.

Dan ketahuilah, setiap perbuat baik itu jarang diingat. Tapi setiap perbuatan buruk justru jarang dilupakan. Tetaplah menebar kebaikan, di mana pun dan hingga kapan pun.

Man Jadda Wajada, "siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya". Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun