Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Kamu yang Sering Terlalu Banyak Berharap

8 Januari 2021   12:33 Diperbarui: 8 Januari 2021   12:39 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di media sosial, berapa banyak orang ngedumel, berkeluh-kesah. Hingga marah-marah tidak jelas. Apa dan kenapa? Bisa jadi, karena mereka terlalu banyak berharap. Harapannya begini, tahu-tahu kenyataannya begitu. Kecewa, sedih, dan merundung duka. Karena  "terlalu banyak berharap".
 
Sungguh, mengharukan. Akibat terlalu banyak berharap. Jadi kecewa, jadi marah, jadi ngomongin orang. Jadi tidak pasti. Sebabnya cuma satu; over expectation. Terlalu banyak berharap.

Siapapun, pantas diingatkan. Jangan banyak berharap. Biasa saja dan rileks. Jangan percaya terlalu banyak. Jangan mencintai terlalu banyak. Maka jangan berharap terlalu banyak. Karena bila terlalu banyak pun akan melukai begitu banyak pula. Seperti makan pun jangan terlalu banyak, bisa jadi sakit atau tidak nyaman. Karena terlalu kekenyangan pun tidak baik.

Tahun baru datang. Pun tidak usah terlalu berharap. Kerjakan saja yang harus dikerjakan. Tetap realistis dan jangan hanyut dalam mimpi. Pengen ini pengen itu, padahal tidak punya waktu, tidak punya tenaga apalagi tidak punya modal. Dan yang pasti, jangan berharap banyak pada masa depan. Bila hari ini tetap tidak melakukan apa-apa. Bukankah tahun ini pun kita tidak mengubah apa-apa dari tahun lalu?

Seperti cewek lagi pacaran main WA sama cowoknya. Saat ditanya "kemana aja ???". Lama ditunggu pun tidak dijawab. Ditanya lagi dan bilang "Kok gak dibalas sih!!!". Lama ditunggu lagi boro-boro dijawab. Dibaca pun tidak...

Alhasil, si cewek sedih dan marah. Kirim ikon menangis dan marah besar. Sinyal bahwa si cewek menyangka cowoknya tidak sesuai harapan. Besoknya, si cewek langsung ganti foto profil warna HITAM doang, dengan status "SINGLE". Gara-gara WA-an tidak dibalas. Langsung marah dan berduka-cita.

Kebayang bila WA itu terjadi antara anak dan ayahnyanya. Si anak  WA terus tidak dibalas-balas ayahnya, langsung ganti foto propil warna hitam juga, terus status-nya dibikin "YATIM". Terlaluvbanyak berharap. Parah.

Mengapa itu bisa terjadi? Mungkin, si cewek terlalu banyak berharap, over expectation pada cowoknya.

Terlalu berharap. Apalagi kepada manusia. Bisa jadi, ujungnya bakal kecewa. Terlalu berharap sering ada pada manusia. Sehingga lupa pada proses. Untuk apa berharap. Bila semestinya yang dijalani adalah proses. Ikhtiar yang baik.  

Kata orang pintar "Don't expect too much..". Jangan terlalu banyak berharap. Harapan memang harus ada. Tapi jangan berlebihan. Apalagi menggantungkan harapan kepada manusia. Maka bila berani  berharap" maka harus siap untuk kecewa. Bukankah tidak setiap keinginan bisa terlaksana?

Maka apapun. Berhentilah berharap. Apalagi bila harus menunggu tanpa kepastian. Mau sampai kapan berharap? Terlalu banyak berharap, bisa jadi terlalu cinta dunia. Hingga lupa bahwa harapan hanya ada pada sisi Allah. Manusia tidak boleh lupa. Hidupnya itu di tangan Allah. Jodoh, maut, dan rezeki, sungguh hanya kuasa Allah. Manusia diminta untuk ikhtiar dan doa. Tidak lebih tidak kurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun