Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Itu di Rumah, Bukan di Medsos (Selamat Hari Ibu)

22 Desember 2020   07:27 Diperbarui: 22 Desember 2020   07:29 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu, Perempuan yang Rela Lapar Saat Anaknya Kenyang (Selamat Hari Ibu)

Sama sekali tidak bisa dibantah. Bahwa "surga itu ada di telapak kaki Ibu".

Perempuan yang melahirkan dan mendidik setiap anak, dari bayi hingga dewasa. Perempuan yang rela lapar saat anaknya kenyang, Perempuan yang sudi haus saat anaknya sedang minum. Bahkan Ibu, sangat ikhlas menangsi di bangku rumah saat anaknya tertawa di kafe-kafe.

Maka hanya Ibu, sosok yang patut dihormati dan disayangi.

"Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu" begitu lirik lagu Iwan Fals. Memang tidak akan mampu seorang anak membalas jasa ibunya. Karena, bila ada rumah yang paling luas halamannya; bila ada harta yang paling banyak sedekahnya; bila ada guru yang paling sabar mengajarnya; bila ada sentuhan yang paling tulus belaiannya. Itu semua hanya ada pada Ibu.

Anak, sehebat dan sesukses apapun. Sudah pasti, tidak akan mampu membalas jasa dan pengorbanan ibu. Karena ibu, sosok yang paling gigih memperjuangkan mimpi anak-anaknya. Ibu pula sosok yang paling punya kasih sayang melebihi batas langit dan bumi.

Sungguh, di balik kesuksesan seorang anak. Pasti ada "tangan dingin" seorang ibu. Ada kekuatan doa dan restu ibu di belakang kesuksesan seoarng anak. Ibu yang berjuang sambil merintih saat anaknya dilahirkan. Ibu pula yang menyusui di jabang bayi saat kehausan. Dan ibu pula yang rela terbangun dari kantuknya. Saat di anak menangis di malam hari. Sekalipun letih, ia tetap mengganti popok si bayi. Apa yang dilakukan ibu kepada anaknya, bukan hanya soal tanggung jawab. Tapi, Ibu ikhlas dan rela melakukan apapun demi anak-anaknya.

Hati besar ibu memang tidak seluas media sosial. Tapi ibu pun, sama sekali tidak bisa direpersentasikan seperti medsos. Karena ibu tidak pernah ber-kamuflase. Sementara medsos sangat diramaikan kamuflase. Seperti momen di Hari Ibu. Betapa banyak anak yang hebat yang berkata-kata bijak tentang ibu. Bertutur indah tentang ibu. Tapi sayang itu semua sebatas di medsos, sebatas di dunia maya.

Karena medsos pula. Ibu kandung hari ini, seringkali dilupakan. Bahkan tidak lagi diminta nasihatnya. Anak-anak yang selalu lambat menjawab WhatsApp (WA) dari Ibu kandungnya. Ibu yang sering diceritakan. Namun sedikit sekali dikunjungi. Apalagi dipeluk oleh anak-anaknya. Prihatin pada Ibu yang di rumah, bukan ibu yang di dunia maya.

Sebagian anak bisa saja lupa. Betapa ajaibnya sentuhan tangan seorang Ibu. Selalu menguatkan di saat anaknya lemah. Selalu membangkitkan di saat anaknya terpuruk. Sentuhan Ibu tak akan pernah tergantikan oleh sentuhan orang lain. Bahkan oleh sentuhan seorang ayah yang hebat sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun