Saya pun bilang, kok bisa? Kenapa kita mau diprovokasi? Kenapa pula kita termakan hoaks, kenapa kita mau ditunggangi? Katanya kita sekolah tinggi. Ya kalau wakil rakyatnya bodoh, itu siapa yang pilih. Kenapa jadi melebar ke mana-mana? Kan soalnya cuma omnibus law, terus kenapa halte bus yang dibakar? Kenapa sih kita begitu?
Mereka itu mungkin orang-orang pintar. Mereka bisa jadi orang cerdas yang tahu betul cara mengelola negara. Bahkan mereka terlalu canggih dalam memahami arti sebuah perjuangan. Atas nama rakyat, atas nama keadilan.Â
Tapi sayang, mereka mungkin belum tahu banyak tentang akhlak dan adab. Lupa tentang budi pekerti, lupa tentang perilaku baik. Maka, lebih suka merusak daripada membangun.
Entahlah, apa lagi yang harus kita perbuat?
Bila belum belajar membangun. Tapi sudah praktik merusak. Hingga tidak tahu lagi cara menyalurkan aspirasi yang baik dan benar. Semuanya salah orang lain. Sementara kita tidak pernah salah. Buah dari pendidikan yang basisnya ke otak, bukan ke hati.
Semoga kita tidak lupa. Â Bahwa ilmu yang tinggi, pendidikan mentereng. Atau perjuangan yang militan sama sekali tidak berguna tanpa diimbangi akhlak yang baik.
Jadi, janganlah tinggalkan akhlak sekalipun ilmu kita tinggi. Otak kita boleh benar. Tapi otak orang lain juga belum tentu salah. Jangan merusak bila tidak mau membangun.Â
Ini bukti, memang ada soal dengan budaya literasi kita.... #OmnibusLaw #UUCiptaKerja #BudayaLiterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H