Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Anti Nasihat, Agar Mau Memperbaiki Diri

17 September 2020   11:01 Diperbarui: 17 September 2020   11:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang perlu diluruskan tentang "nasihat".

Nasihat, bukan nasehat. Itu artinya "ajaran atau pelajaran baik". Atau lainnya berarti "anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik". Maka bagi siapapun, menasihati atau menasihatkan pasti "pesannya baik, sesuatu yang positif". Ada ajaran moral yang baik dari nasihat. Jadi sangat salah, bila ada orang menasihati sesuatu yang buruk, apalagi jahat.

Contoh nasihat, "Nasihat pemerintah, semua orang wajib pakai masker". Tapi sebaliknya "Gimana tidak sakit, sudah dinasihati tidak mau" adalah bukan nasihat.

Di tengah wabah Covid-19, nasihat baik itu penting. Bahkan di era media sosial seperti sekarang pun nasihat yang baik sangat penting. Karena selain sebagai koreksi, nasihat juga sebagai evaluasi atas apa yang pernah diucapkan dan dilakukan. Agar ke depan jadi lebih baik, bukan lebih buruk. Maka nasihat adalah sesuatu yang baik.

Maka nasihat, tidak tercermin dari kata-kata yang buruk. Tidak ada nasihat pada kata-kata yang jelek atau jahat. Berdalih nasihat. Tapi mencela, mencaci, menghujat, membenci, menyalahkan atau merendahkan orang lain. Sama sekali itu semua bukan nasihat. 

Berdebat yang tidak ada manfaatnya pun bukan nasihat. Coba cek di media sosial. Gayanya seperti bernasihat. Tapi nyatanya, kata-kata yang dipakai tidak baik, tidak pantas. Sekali lagi, itu bukan nasihat.

Kenapa nasihat? Karena manusia itu makhluk yang labil. Pemilik salah dan khilaf. Kan tidak ada manusia yang sempurna. Namanya manusia. Satu waktu berbuat baik, di waktu lain berbuat buruk. 

Saat ingat baik, saat lupa jahat. Hari ini benar, bsia jadi besok salah. Atas dasar itu tiap manusia pasti butuh nasihat, antara dinasihati atau menasihati. Tujuannya, untuk mengingatkan. Agar jadi lebih baik, jadi lebih benar, jadi lebih ingat. Itulah nasihat.

Maka siapapun, selagi masih jadi manusia. Jangan pernah merasa paling benar dan mengklaim tidak pernah salah. Manusia itu pasti ada salahnya. Dan orang yang anti nasihat, kemungkinannya hanya dua: 1) sombong atau 2) bebal. Merasa diri paling benar, sementara yang lain salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun