Bu Tejo di film pendek "Tilik" ngetop dan viral. Apa pelajarannya?
Tentu ada pelajaran yang harus bisa dipetik dari film pendek itu. Sekalipun hanya hiburan. Peran Bu Tejo dan semua obrolan dan gunjingannya adalah sesuatu yang dekat dalam kehidupan orang-orang Indonesia.Â
Apalagi di kalangan ibu-ibu. Bahwa dalam kehidupan nyata, selalu ada saja orang-orang yang kerjanya hanya menggunjing, gibah, atau membicarakan kejelekan orang lain. Tapi dalam hidup itu, ada saja orang yang berperan seperti Yu Ning yang selalu berpikir baik dan berbuat baik. Untuk "mencegah" Bu Tejo tidak kebablasan dalam menggunjing orang lain.Â
Gunjing atau gibah itu dekat dengan kehidupan nyata. Membicarakan kejelekan orang lain itu gampang dan mudah. Bahkan di zaman canggih seperti sekarang. Gunjing dan gibah itu sudah "berpindah" ke digital. Grup WA atau chat pribadi yang kerjanya menggunjing, menggibahi orang lain. Obrolan lewat ponsel yang kerjanya membahas orang lain, mempersoalkan orang lain. Dan mereka, tanpa sadar, sudah menggunjing dan menggubahi orang lain. Itu semua terjadi karena mereka "merasa baik" walau bukan orang baik yang sesungguhnya.Â
Sungguh, menggunjing itu hanya terjadi pada orang-orang yang "belum baik" dan terlalu jauh kepada sang pencipta. Hanya tahu sedikit tapi bicara banyal. Orang-orang yang "kering" hatinya, orang yang terlalu banyak berkeluh-kesah dalam hidupnya. Tanpa bisa berbuat baik secara nyatra untuk orang lain.
Saking pentingnya memetik "pelajaran" dari peran BU Tejo. Saya pun bernasihat  kepada 12 ibu-ibu warga belajar di GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) Lentera Pustaka di Kaki Gunung salak Bogor. Ibu-ibu yang tersingkir oleh zaman. Karena belum bisa baca dan tulis di zaman yang katanya canggih, zaman digital.
Setiap minggu ibu-ibu kampung ini secara rutin belajar baca dan tulis. Agar bisa membaca sekalipun hanya mengeja. Agar bisa menulis sekalipun tidak  bagus tulisannya. Agar lebih berdaya dari hari-hari kemarin. Sebuah perbuatan baik yang ada pada ibu-ibu kaum buta aksara.
Tentang Bu Tejo, maka saya bernasihat kepada ibu-ibu warga belajar buta aksara di GEBERBURAÂ
"Bu, kita ini sama sekali tidak bisa nambah atau kurangi umur. Itu bukan kuasa kita. Tapi kuasa Allah SWT. Kita juga tidak bisa mengontrol orang lain untuk berprasangka buruk atau tidak pada kita. Kita juga tidak bisa halau orang untuk berbuat zolim kepada yang lainnya. Tapi yang kita bisa lakukan, hanya terus berbuat baik dan belajar. Termasuk terus semangat belajar baca-tulis..." ujar saya saat di akhir pelajaran.
Karena semakin sibuk kita belajar, maka akan semakin sempit waktu kita untuk berbuat buruk kepada orang lain. Kita hanya perlu hati untuk meluangkan waktu untuk terus belajar dan berbuat baik. Untuk diri sendiri dan untuk orang lain.