Aku akan menjawab. Bahwa aku ingin ibuku membiarkan aku bermain sesuka hati, sebentar saja. Aku ingin ayahku melakukan apa saja persis seperti yang dia katakan kepadaku selama ini. Aku hanya ingin ibuku tidak menganggap diriku seperti dirinya. Aku juga ingin ayahku tidak menganggap diriku sebagai foto copy dirinya. Bahkan mulai esok, aku ingin ibuku berbicara secukupnya saja kepadaku, tentang hal yang penting saja. Dan aku ingin pula ayahku berbicara tentang kesalahan-kesalahannya sebelum menceritakan kesalahan-kesalahanku.
Kamu mau bagaimana, Nak?
Sungguh, aku tidak ingin apa-apa. Aku tidak punya banyak kemauan atau harapan. Aku hanya ingin jadi diriku sendiri. Bukan menjadi seperti yang orang tuaku mau. Karena aku memang bukan orang tuaku. Aku adalah aku, dan kini aku sedang berproses untuk bertemu dengan jati diriku sendiri.
Maka aku, hanya ingin. Ibu dan ayahku ada di sampingku. Sambil memeluk erat dan mendekap penuh kasih sayang. Karena aku khawatir. Ternyata orang tuaku lebih peduli ponsel-nya daripada aku. Ternyata orang tuaku tidak mengenal diriku yang sesungguhnya. Dan ternyata, orang tuaku lebih sering membohongiku dengan alasan untuk kebaikan.
Sungguh, anak-anak Indonesia hari ini. Hanya butuh contoh dan perilaku yang baik-baik. Bukan kritik yang berlebihan atau kebencian yang berkelanjutan.Â
Anak-anak yang tidak perlu diajarkan untuk jadi orang sukses, orang kaya atau orang bahagia. Hanya anak-anak yang lebih optimis dalam hidupnya, bukan pesimisme atau ketakutan yang melulu.Â
Anak-anak yang lebih mampu menghargai nilai daripada materi. Agar tetap seimbang lahir dan batin, seimbang dunia dan akhirat. Selamat Hari Anak Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H