Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Pilu Karyawan Swasta di Masa Covid-19, Di-PHK dan Tidak Punya Program Pensiun

13 Juli 2020   09:11 Diperbarui: 13 Juli 2020   15:15 1686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah pilu karyawan swasta (Sumber: Pribadi)

Dan kini, Dicky berada di titik ketidakpastian. Ada nelangsa yang harus dirasa. Dicky itu bukan pekerja di kalangan bawah, bukan pula pekerja informal. Ia di manajerial level, entry middle employee. Elegi seorang karyawan swasta di Jakarta, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Sungguh, cerita pilu Dicky ini bukan satu-satunya. Masih banyak lagi karyawan level menengah yang mengalami nasib seperti Dikcy. Bahkan ribuan karyawan swasta level menengah di banyak kantor pun kini dihantui keadaan takut seperti Dicky. Lalu, apa yang bisa diambil hikmahnya dari cerita pilu seorang karyawan swasta?

Hikmahnya adalah banyak karyawan swasta "gagah" di saat bekerja. Tapi sayang, sebagian besar dari mereka justru "loyo" di masa pensiun, di saat tidak bekerja lagi. Akibat lupa mempersiapkan masa tidak bekerja. Tidak mau menyisihkan sebagian gajinya untuk masa pensiun atau hari tua.

Maka survei membuktikan, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan. Bahkan hari ini, 9 dari 10 pekerja yang ada sama sekali tidak siap untuk berhenti bekerja, apalagi pensiun atau di-PHK.

Saat bekerja, banyak karyawan bisa "membeli" segalanya. Punya gaya hidup yang mentereng. Lebih gemar pada keinginan bukan kebutuhan. Bahkan untuk sebuah eksistensi pun rela merogoh kocek yang tidak kecil. Atas nama gaya hidup.

Karyawan sering lupa. Masa pensiun sejahtera itu harus diciptakan, perlu diupayakan. Pensiun yang sejahtera bukan nasib. Maka, tidak akan ada karyawan yang pensiun sejahtera bila tidak berani menabung dari sekarang. Menyisihkan Sebagian gaji untuk program pensiun, dan hanya bisa diambil saat masa pensiun tiba.

Bercermin dari cerita pilu Dicky. Maka siapapun selagi masih karyawan, siapkanlah masa pensiun, menabunglah untuk hari tua.

Sejahtera atu tidaknya karyawan di mas apensiun, bukan tanggung jawab kantornya bukan pula tanggung jawab negara. Tapi tanggung jawab dirinya sendiri. Karena pensiun, bukan "gimana nanti" tapi "nanti gimana". Jangan terlambat untuk mempersiapkan masa pensiun yang nyaman.

Sungguh, tidak ada jalan pintas untuk meraih masa pensiun yang sejahtera. Masa tidak bekerja lagi itu harus dipersiapkan dari sekarang. Nah, salah satu cara untuk memulainya adalah berani menabung untuk masa pensiun dan hari tua. Melalui program pensiun yang disebut DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan).

Kenapa DPLK?

Karena DPLK merupakan program pensiun yang dirancang untuk mempersiapkan masa pensiun yang sejahtera. Agar tiap karyawan dapat memenuhi kebutuhan hidup saat tidak bekerja lagi. Di samping sedikit mampu mempertahankan gaya hidupnya.  Setidaknya, ada 6 (enam) alasan agar karyawan swasta mulai menyiapkan masa pensiun melalui DPLK karena:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun