Principal Indonesia sebagai perusahaan asuransji jiwa telah berakhir di Indonesia sejak tahun 2001. Seluruh karyawannya pun kini terpisah, tercerabut dari akar kebersamaan yang pernah dibangun di Jl. Tanah Abang II Jakarta Pusat.
Namun seiring wabah Covid-19 yang belum kunjung berakhir, Idul Fitri 1441 H jadi momentum alumni Principal untuk jalin komunikasi dan kebersamaan. Di samping saling memaafkan sambil menjalin silaturahim. Karena harus diakui, silaturahim adalah "obat paling mujarab" dalam situasi sekarang. Selain mendengar kabar satu sama lainnya, silaturahim juga menyehatkan. Dapat menguatkan imunitas tubuh dan terbebas dari prasangka buruk
Semangat itulah yang akhirnya didengungkan alumni Principal Indonesia yang disebut "Palupiers" untuk menjalin silaturahim. Seperti yang dilakukan pada Sabtu, 30 Mei 2010 bertepatan dengan halalbihalal Idul Fitri melalui zoom conference. Pertemuan secara virtual, begitu banyak orang. Sekalipun hanya dihadiri 17 orang dari 90 orang alumni Principal, termasuk yang ada di Inggris, Belanda, dan Singapura.
Insya Allah kegiatan "sambung rasa alumni Principal" ini akan dilakukan setiap bulan sekali. Tujuannya sederhana: 1) untuk mendengar kabar satu sama lainnya dalam keadaan sehat wal afiat, 2) untuk mengenang kebersamaan saat masih satu kantor, dan 3) mengirimkan doa kepada sahabat yang telah meninggal dunia, seperti Cynthia Bondad, Ryan Reiner, dan Mbak Ning.
Dulu, Principal Indonesia tak lebih kantor atau tempat bekerja pada umumnya. Namun "american style" yang diterapkan dalam suasana bekerja menjadikan hubungan satu sama lainnya begitu cair. Tanpa melihat pangkat atau jabatan. Inilah added value yang sudah jarang dimiliki banyak kantor di era revolusi digital sekarang. Principal Indonesia berdiri tahun 1994. Tapi sayang, sejakJuli 2001 diakuisisi oleh Manulife Indonesia. Dan sejak itulah, para karyawannya tercerai-berai ke mana-mana hingga kini.
Dengan iklan popular kala itu, "KAMI Bukan Ahli Merancang Jembatan, Tapi Kami AHLI Merancang Program Pensiun". Alumni Principal bisa jadi kawah candradimuka para profesional di bidang dana pensiun dan asuransi jiwa. Akibat kultur korporasi yang diterapkan. Penuh kebersamaan, bersahabat dan tetap profesional. Kantor sebagai "rumah kedua' ada di Prindipal Indonesia kala itu.
Bukti sederhana budaya kerja di Principal Indonesia, antara lain: 1) mereka senang berlama-lama di kantor sepulang kerja; sambil nongkrong di latar depan untuk nyantai, sambil jajan somay, bakso dan bercanda ria, 2) suasana yang cair dan akrab; walau mereka punya level dan jabatan masing-masing tapi budaya yang dikembangkan lebih bersifat "informal dan akrab", dan 3) konyol tapi asyik; suasana langka di dunia kerja karena bila sudah bercanda gak ada matinya. Budaya kerja semacam itulah yang kadang bikin kangen Alumni Principal Indonesia hingga kini.
Pesannya, tetaplah jaga silaturahim walau secara fisik tidak bisa bertemu. Toh, silaturahim bisa dilakaukan secara virtual. Agar tetap sehat dan bersahaja. Karena kita bukanlah siapa-siapa. Kita juga bukan apa-apa. Maka peliharalah pertemanan yang telah ada. Karena kita adalah HOMO HOMINI SOCIUS, manusia adalah kawan bagi sesama.... #AlumniPrincipal
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI